Daerah

Ingin Jadi Kampus Hijau, UIJ Gelar Ngaji Aswaja Aplikatif

Sab, 8 Februari 2020 | 03:00 WIB

Ingin Jadi Kampus Hijau, UIJ Gelar Ngaji Aswaja Aplikatif

Suasana Ngaji Aswaja Aplikatif di aula UIJ, Jumat (7/2). (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online

Komitmen Universitas Islam Jember (UIJ) untuk menjadi kampus terdepan dalam mengembangkan ajaran Islam ‘ala Ahlissunnah wal Jama'ah (Aswaja), tak perlu diragukan lagi. Salah satu buktinya adalah digelarnya program Ngaji Aswaja Aplikatif. Program ini digelar di pekan pertama setiap bulan, dikhususkan untuk dosen dan karyawan UIJ.

 

Menurut Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembagan Ahlussunnah wal Jama'ah An-Nahdliyah (LP2AN) UIJ, Muhammad Ilyas, program tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman Aswaja di kalangan internal UIJ. Ini penting karena mereka sebagai pengelola UIJ, memang harus paham Aswaja, sehigga menjiwai dalam setiap gerak dan langkahnya, terutama dalam melayani mahasiswa.

 

“Ini pemantapan ber-Aswaja, dan diharapkan Aswaja menjadi ruh atau karakter semua sivitas akademika UIJ, sehingga kampus laik disebut kampaus hijau (warna khas NU),” tuturnya saat memberikan sambutan dalam Ngaji Aswaja Aplikatif di aula UIJ, Jumat (7/2).

 

Alumni Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk, Sumenep, Madura itu, mengaskan bahwa dosen dan karyawan penting untuk memahami dan menjiwai Aswaja, karena akan berpengaruh terhadap lingkungan dan pelayanan mahasiswa.

 

“Jadi yang kami inginkan bukan cuma ada materi kuliah Aswaja, tapi juga budayanya juga NU,” ucapnya.

 

Sementara itu, KH Abdul Haris (narasumber) dalam pemaparannya menegaskan bahwa pendidik merupakan profesi mulia. Sebab di tangan pendidiklah, masa depan generasi bangsa dipertaruhkan. Karena itu, jika orang sudah memutuskan untuk menjadi pendidik (guru, dosen dan sebagainya), maka jadilah pendidik yang baik.

 

“Atau tidak sama sekali. Sebab, terlalu besar taruhannya jika pendidik hanya main-main,” ungkapnya.

 

Untuk menjadi pendidik yang baik, salah satunya adalah menjaga atau meningkatkan kualitasnya. Katannya, dunia berkembang cukup dinamis sehingga pendidik tidak boleh terpaku dengan apa yang telah dimiliki, namun harus tahu perkembangan zaman.

 

“Maka seorang pendidik, harus selalu meng-update kapasitas dan kemampuanya agar bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman,” paparnya.

 

Selain itu, tambah Kiai Haris, dalam mengajar dan mendidik perlu diniatkan untuk amar ma’ruf nahi munkar, yang itu memang menjadi tugas setiap individu seorang Muslim. Seorang pendidik, maka ladang ber-amar ma’ruf nahi munkar adalah mengajar.

 

“Dan memang intinya pendidik itu ‘kan mengajar orang untuk bisa ber-amar ma’fur nahi munkar melalui disiplin ilmu yang dimilikinya,” pungkasnya.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi