Daerah

Intoleransi, Tantangan Berat PMII

Kam, 6 Februari 2020 | 02:00 WIB

Intoleransi, Tantangan Berat PMII

Ketua IKA PMII Kabupaten Jember, Achmad Taufiq saat memberikan sambutan dalam Pelantikan PC PMII Jember masa khidmah 2019-2020 di Gedung Kuliah Terpadu IAIN Jember, Rabu (5/2).

Jember, NU Online

Pengurus Cabang (PC) PMII Jember perlu meneguhkan komitmen ke-NU-annya sekaligus membekali diri dengan pemahaman Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) yang matang. Sebab, tantangan PMII saat ini dan kedepan cukup berat. Di antaranya adalah kian suburnya prilaku intoleransi.

 

Demikian diungkapkan oleh Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) PMII Kabupaten Jember, Jawa Timur, Achmad Taufiq saat memberikan sambutan dalam Pelantikan Pengurus Cabang PMII Jember masa khidmah 2019-2020 di Gedung Kuliah Terpadu IAIN Jember, Rabu (5/2).

 

Menurutnya, prilaku intoleransi menimbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat. Sebab, pelaku intoleran merasa paling benar sendiri, sedangkan orang lain –yang tidak sepaham— salah semua. Akibatnya, kata-katanya sering melukai perasaan orang lain, bahkan dalam tataran yang lebih ekstrem, mereka bisa bertindak kasar terhadap orang yang dianggap salah. Ini cukup bahaya, karena dapat memecah belah masyarakat dan bisa menimbulkan konflik horisontal

 

“Intoleransi merupakan tantangan berat PC PMII, dan bagaimanapun PMII harus berkontribusi untuk menetralisasi prilaku itu,” jelasnya.

 

Ia berharap agar kader PMII terus mengkampanyekan pentingnya toleransi, khususnya antar umat beragama. Sebagai organisasi yang berada di bawah naungan NU, PMII seyogyanya bisa mempraktikkan dan memupuk toleransi. Katanya, negara ini bisa tegak karena adanya toleransi di antara para pemimpinnya.

 

“Selagi bukan menyangkut masalah aqidah, maka toleransi perlu terus dilestarikan,” pintanya.

 

Di bagian lain, Dosen Universitas Jember itu meminta agar PC PMII yang baru dilantik, tidak hanya bisa eksis, tapi bisa berkembang dan mengembangkan diri. Karena itu, PC PMII harus kreatif dan berusaha meningkatkan kapasitas kadernya, baik kualitatif maupun kuantitatif.

 

“Sebab kalau hanya bisa eksis, semua bisa. Jadi yang dibutuhkan saat ini bukan sekadar eksis tapi bisa berkembang, itu baru hebat,” tuturnya.

Taufiq juga meminta agar Rayon PMII bisa memulai mengajar ngaji lagi (Al-Qur’an) kepada angota baru. Sebab, kebiasaan mengajar mengaji di tingkat rayon sudah mulai ditinggalkan. Padahal, mereka, terutama yang dari pergruan tinggi umum, masuk ke PMII karena ingin bisa mengaji.

 

“Mereka mau belajar mengaji, memperbaiki cara shalat dan sebagainya,” pungkasnya.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi