Terapi Murid Nakal ala Pesantren Addimyati Jember
NU Online · Kamis, 6 Februari 2020 | 09:30 WIB

Salah satu kegiatan peserta rehebilitasi, yaitu mengamalkan wiridan dan amaliah lainnya. (Foto: NU Online/Aryudi AR)
Aryudi A Razaq
Kontributor
Jember, NU Online
Murid nakal di sekolah hampir pasti selalu ada, meskipun itu di pesantren. Namun SMK Addimyati, Dusun Pondok Lalang, Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember, Jawa Timur, mempunyai cara tersendiri untuk mengatasi murid-murid yang nakal.
Mereka yang tergolong nakal dimasukkan dalam program rehabilitasi yang dikelola oleh pesantren Addimyati. Prgoram tersebut memang disediakan untuk murid-murid nakal di SMK Addimyati.
“Penanganannya, mereka kita bimbing secara khusus di malam hari, siangnya tetap harus sekolah,” ujar salah seorang pengasuh Pondok Pesantren Addimyati, Gus Abdullah Faqih kepada NU Online dikediamannya, Kamis (6/2).
Menurutnya, terapi untuk murid nakal dengan menggunakan pendekatan amaliah agama. Misalnya bagaimana cara berwudlu yang benar, shalat yang benar dan sebagainya. Sebab, shalat yang benar diyakini mampu mengurangi prilaku-prilaku tak terpuji.
“Jadi mereka kami perhatikan betul bagaimana wudlunya, kemudian shalatnya,” ujarnya.
Gus Faqih menambahkan, yang cukup penting dari seluruh rangkaian ibadah adalah wudlu. Oleh karena itu, sebelum berbicara soal betul tidaknya cara melakukan shalat, yang lebih dahulu harus dilakukan adalah ‘perbaikan’ cara berwudlu. Sebab jika wudlunya tidak sah, maka otomatis shalatnya tidak sah.
“Memang berwudlu kelihatan sepele. Tapi tidak semua orang bisa melakukan wudlu dengan benar, bahkan untuk rukun wudlu saja, banyak yang masih belum paham,” ucapnya.
Selain itu, tambah Gus Faqih, peserta program rehabilitasi juga diajak ziarah ke makam pendiri pesantren, diajak shalat tahajjud, dan ditekankan untuk mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
“Juga ada perenungan,” ungkapnya.
Perenungan yang dimaksud adalah pemberian tausiyah kepada peserta program rehabilitasi terkait dengan tujuan bersekolah, makna berbakti kepada orang tua dan sebagainya. Dikataknnya, tausiyah tersebut untuk menyegarkan kembali ingatan murid akan tujuan mereka menuntut Ilmu.
“Jadi kami gugah hati mereka dengan mengingatkan kembali bahwa betapa tidak mudah orang tua mereka untuk bisa menyekolahkan anaknya, dan bagaimana pula balas budi anak kepada orang tuanya,” pungkasnya.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
4
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
5
Prabowo Minta Proses Hukum Berjalan Sepenuhnya untuk Wamenaker yang Kena OTT KPK
6
Pemerintah Berencana Tambah Utang Rp781,9 Triliun, tapi Abaikan Efisiensi Anggaran
Terkini
Lihat Semua