Daerah

Innalillah, KH Maftuh Basthul Birri Kediri Wafat

Rab, 4 Desember 2019 | 14:00 WIB

Innalillah, KH Maftuh Basthul Birri Kediri Wafat

KH Maftuh bin Basthul Birri.

Kediri, NU Online
Duka mendalam dialami bangsa ini. Ya, karena salah seorang kiai kenamaan dan dikenal cukup produktif menulis meninggal dunia. Beliau adalah KH Maftuh bin Basthul Birri yang wafat Rabu (4/12) dalam usia 71 tahun, innalillahi wainna ilahi rajiun.
 
Dalam catatan Ahmad Karomi, sosok Kiai Maftuh, sapaan akrabnya dikenal khalayak melalui sejumlah karya yang dapat dinikmati serta dipelajari hingga kini.
 
“Dari mulai kitab Fathul Mannan atau tajwid dasar pegon, khat kaligrafi Dzikrul Ghafilin, dan buku yang ditulis pada tahun 2018 dengan judul Pakailah Mushaf Ini, Jangan Pakai Mushaf Lokal,” kata Sekretaris Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Jawa Timur tersebut.

Dari banyak sumber, KH Maftuh bin Basthul Birri lahir di Karangwuluh Kutoarjo Purworejo Jawa Tengah pada tahun 1948 M. Tempaan keilmuan dilanjutkan dengan menghafal al-Qur’an kepada KH Ahmad Munawwir, Krapyak, Yogyakarta. 
 
Kemudian kiai yang hafidz, qari, pakar khat ini belajar qiraah sab’ah kepada kerabat yang terhitung pamannya sendiri, yaitu KH.Nawawi Abdul Aziz, pendiri Pesantren An-Nur Ngrukem, Bantul Yogyakarta.
 
“Tidak sampai di situ, Kiai Maftuh juga pernah mondok tabarukan di Pondok Pesantren Yanbu’ul Quran Kudus di hadapan Kiai Arwani Amin, Kudus. Selanjutnya KH Maftuh Basthul Birri belajar ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri dan Pesantren Sarang, Rembang, Jawa Tengah,” terang kandidat doktor di Universitas Islam negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut.

Kiai Maftuh dikenal bukan hanya ahli dalam bidang qiroah al-Qur’an, melainkan juga dalam bidang tulis-menulis (khat). Hasil karyanya dalam bidang kaligrafi cukup banyak dan sangat indah. 
 
“Tidak mengherankan bila Kiai Maftuh termasuk dalam daftar pakar khat Indonesia,” ungkap dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Badrus Sholeh Purwoasri, Kediri ini.

Salah satu pengabdian Kiai Maftuh dalam ilmu pengetahuan dituangkan dalam lembaga pendidikan khusus al-Quran, yakni Pondok Pesantren Murotilil Quran (PPMQ) Lirboyo Kediri. 
 
“Pesantren ini termasuk salah satu unit dari Pondok Pesantren Lirboyo yang konsen dalam mempelajari al-Quran,” kata alumnus Pesantren Ploso, Kediri tersebut. Pesantren yang dirintis KH Maftuh Basthul Birri ini berhasil  mencetak hafidz-hafidzah berkualitas sekaligus mumpuni membaca dan memahami kitab-kitab kuning atau kitab klasik Islam, lanjutnya.

Meskipun demikian, sosok kiai multitalenta ini memiliki kedekatan dengan para huffadz Mantab seperti almarhum Gus Muqarrabin. Bahkan tercatat di awal berdirinya semaan al-Quran “Jantiko Mantab”, sebagai qari untuk daerah Kediri dan sekitarnya.

Salah satu bukti keikutsertaan Kiai Maftuh ini bisa dijumpai tulisan khatnya dalam kitab mungil dzikrul ghafilin edisi lama. 
 
“Tidak cukup sampai di situ, Kiai Maftuh juga termasuk salah satu kiai yang mengamalkan wirid Dzikrul Ghafilin-nya Gus Miek, sehingga tidak heran dalam manaqib auliya, beliau ikut andil menulis biografi dan karamah singkat para wali yang disebutkan dalam wirid itu,” urainya.

Bagi Ahmad Karomi, kepergian kiai multitalenta ini tentu menjadi musibah yang patut diiringi dengan perasaan sedih nan mendalam. 
 
“Semoga beliau husnul khatimah dan karya-karyanya menjadi rujukan umat Islam di Indonesia,” pungkasnya.
 
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR