Daerah

Ketua ISNU Jatim Jelaskan Tantangan Kampus Islam

Sel, 3 Desember 2019 | 12:00 WIB

Ketua ISNU Jatim Jelaskan Tantangan Kampus Islam

Ketua PW ISNU Jatim, H Mas'ud Said. (Foto: NU Online/Nurul Jadid)

Kediri, NU Online
Perguruan tinggi Islam yang maju, adalah kampus yang tidak hanya megah tapi leading dalam kancah pemikiran baru dan terakreditasi kelembagaan secara nasional dan internasional.  Dan di situ tumbuh pemikir dan kajian ilmiah bernilai islami baru yang mengisi kekosongan sejarah pemikiran Islam.
 
Hal ini ditegaskan oleh Ketua Pengurus Wilayah (PW) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur, H M Mas’ud Said saat menjadi pembicara tunggal di Universitas Islam Kadiri (Uniska) Kota Kediri, Selasa (3/12).
 
Hadir pada kesempatan  seminar bertema ‘Perkembangan  Perguruan Tinggi Islam Menuju Satu Abad Nahdlatul Ulama’ tersebut, Ketua Yayasan Bhakti Muslim  Pancasila Kediri, KH Anwar Iskandar dan Rektor Uniska Kediri, KH Ali Maschan Moesa dan seluruh civitas akademika Uniska Kediri. Tampak pula Serta beberapa Pengurus Cabang ISNU se-Eks Karesidenan Kediri.
 
“Bayangan kita terhadap perguruan tinggi Islam yang maju itu digambarkan dengan keadaan dimana ilmu pengetahuan bisa tumbuh pesat, pendidikan agama dan manhaj pemikiran agama dapat dikembangkan dengan baik dan  masyarakat menghargai keberadannya,’’ ungkapnya.
 
Menurut Mas’ud, kunci kemajuan perguruan tinggi, pertama adalah pengajaran dan kurikulum. Kedua, kualitas kelembagaan dan comprative advantages. Ketiga, mutu lulusan dan output pendidikan.
 
“Pengajaran dan kurikulum meliputi pengembangan sistem pengajaran,constant renewal dan upgrade kurikulum dan perpustakaan, jurnal dan kelengkapan bahan ajar,” katanya.
 
Kedua, kualitas kelembagaan dan coparative advatages yakni peningkatan standing position dan comperative advantages dengan lembaga pendidikan yang lain. Selain itu standarisasi dan aplikasi teknologi ke dalam perguruan tinggi. 
 
Ketiga, mutu lulusan dan output pendidikan, yakni daya saing lulusan dan kualitas serapan lulusan. Tingkat dan kualitas kontribusi ilmiah, penilitian dan kontribusi teknologi serapan.
 
Oleh karena itu, lanjut mantan staf presiden dan Mensos itu harus melakukan pembaharuan dirinya sendiri (self transformation) dan melakukan transformasi masyarakat (community transformation), baik secara intelektual, maupun dalam dimensi penguat untuk perubahan (driving forces for change). 
 
“Peran perguruan tinggi dapat diukur dari seberapa sumbangan terhadap perbaikan masyarakat secara sosial, seberapa baik kontribusi terhadap kehidupan agama dan perbaikan tatanan dunia pada umumnya,’’ urai Komisaris Bank Jatim ini.
 
Lalu apa tantangan perguruan tinggi Islam, khususnya Uniska? Menurut Mas’ud bahwa secara historis, Uniska memiliki usia yang cukup matang dan dewasa, menjadi mercusuar bagi perguruan tinggi swasta lain di Jawa Timur khususnya eks karesidenan Kediri. 
 
“Secara kelembagaan, memiliki akreditasi yang baik, fasilitas yang cukup dari segi produktifitas,  telah menelorkan dan mewisuda lulusan yang banyak, dominan serta menjadi tokoh masyarakat,” urainya.
 
Dalam konteks intelektualitas, ungkap Ma’ud, sudah banyak lulusan sarjana dan magister yang berpengaruh, namun tuntutan masyarakat untuk sumbangan akademik yang lebih baik, melebihi dari yang sekarang. 
 
Networking dan standing position di antara institusi lain sepertinya butuh waktu untuk lebih menemukan jati dirinya sebagai pendidikan unggulan dalam konteks nasional dan internasional,’’ pungkasnya. 
 
 
Kontributor: Imam Kusnin Ahmad
Editor: Ibnu Nawawi