Daerah

Jaga Perdamaian, IAIN Pontianak Luncukan Rumah Moderasi

NU Online  ·  Sabtu, 29 September 2018 | 15:00 WIB

Pontianak, NU Online
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak mengadakan seminar dengan tema Moderasi Beragama: Meneguhkan Kerukunan dalam Bingkai NKRI, yang berbarengan dengan diluncurkannya Rumah Moderasi IAIN Pontinak. Kegiatan berlangsung di aula Abdur Rani Mahmud IAIN Pontianak, Sabtu.(29/9).

Ridwan selaku ketua panitia memaparkan kondisi Kalimantan Barat (Kalbar) yang sarat anugerah. Karena dari segi demografis merupakan kawasan plural, demikian pula secara geografis dengan wilayah luas, subur dan jauh dari bencana. “Sebagai masyarakat Kalbar harus bisa mengoptimalisasi anugerah tersebut dengan terciptanya masyarakat yang rukun dan damai. Dan hal itu bisa dilakukan dengan bersikap moderat,” katanya.

Menurutnya, kegiatan ini merupakan komitmen menjaga perdamaian dengan dukungan banyak pihak. “Kepolisian sebagai garda pengawasan keamanan, sedangkan IAIN Pontianak sebagi institusi yang melaksanakan penelitian serta pengabdian kepada masyarakat,” ungkapnya, 

Demikian pula keberadaan Forum Kerukunan Umat Beragama atau FKUB sebagai persatuan agama, dan Kementrian Agama yang membuktikan keberadaan pemerintah ikut serta mengawal perdamaian negeri. 

Pada kesempatan tersebut juga dikenalkan keberadaan rumah moderasi. “Bahwa rumah moderasi IAIN Pontianak menjamin dan menangkal perpecahan,” katanya.

Rektor IAIN Pontianak Syarif dalam sambutannya menyampaikan, moderasi beragama penting demi menyambut Pilpres 2019 mendatang. Bersikap moderat dalam rangka menjaga kedamaian Kalbar agar tidak ada perpecahan karena berbagai isu. “Agama dapat dijadikan mobilisasi, dan agama keras bisa berbahaya jika dijadikan alat mobilisasi,” ungkapnya. 

Dirinya menganjurkan meresapi doktrinasi moderat dan pentingnya memahami ukhuwah ilahiyah atau persaudaraan setuhan. “Saya akan menanamkan sikap moderat dan Islam wasatiyah kepada mahasiswa IAIN,” imbuhnya. 

Dalam materinya Muhammad Tambrin menjelaskan tentang pencegahan radikalisme dalam prespektif pengawasan.“Menjelang pemilihan presiden terdapat isu kekerasan maupun hujatan yang mengatasnamakan agama, dan yang menjadi sasaran adalah pemerintah,” ungkapnya. 

Padahal dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan selain umat Muslim menaati Allah dan rasul, juga harus menaati ulil amri. “Siapa ulil amri sekarang? Ya presiden,” sergahnya. Kalau di kampus disebut rektor, dan pemimpin yang lain, lanjutnya.

Menurutnya bersikap radikal adalah ego sektoral, dimana merasa paling benar dan tidak menghargai yang lain. “NU dan Muhammadiyah sudah mencontohkan sikap saling menghargai. Dengan demikian perlu adanya penguatan nilai kebangsaan dalam beragama,” sarannya.

Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama  Ridwansyah menyerukan masyarakat Kalbar menjaga kemajemukan. “Karena pluralitas adalah anugarah, dan IAIN Pontianak menjadi tuan rumah dengan berdialog dan berinteraksi tentang perbedaan yang dapat menyatukan,” katanya.

Seminar dihadiri Muhammad Tambrin selaku Sekretaris Inspektorat Jendral Kementrian Agama Republik Indonesia, Irjen Pol Didi Haryono yang dalam hal ini diwakili Kepala Biro Polda Kalbar. 
Tampak pula Ridwansyah selaku kepala Kementerian Agama Kalbar, juga tokoh agama, serta sejumlah mahasiswa IAIN Pontianak. (Maulida/Ibnu Nawawi)