Daerah

Jangan Ragu Mencoba, Kunci Sukses dalam Dunia Usaha

Rab, 28 Agustus 2019 | 05:00 WIB

Jangan Ragu Mencoba, Kunci Sukses dalam Dunia Usaha

Pengurus Cabang Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (PC LPPNU) Jember (demisioner), H Slamet Sulistyono mengatakan, setiap orang diberi kemampuan dan bakat oleh Allah. Sehingga tak pantas manusia merasa rendah diri dan merasa tak punya kemampuan untuk berusaha. (Aryudi/NU Online)

Jember, NU Online 
Jangan pernah pesimis terhadap kemampuan diri. Jangan pula pernah ragu untuk berusaha. Sebab ketika seseorang tak percaya diri dan bimbang untuk berusaha, maka tidak akan ada kemajuan apa pun yang bisa dicapai.

Kalimat motivasi itu meluncur dari lisan Pengurus Cabang Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (PC LPPNU) Jember (demisioner), H Slamet Sulistyono saat memberikan pengarahan kepada peserta magang di Kantor  PT Benih Citra Asia (BCA) di Desa Wirowongso, Ajung, Jember, Jawa Timur, Selasa (27/8). Peserta magang itu berasal dari Universitas Brawijaya, Malang, Universitas Jember, SMKN 5 Jember, dan SMKN 1 Tekung, Lumajang.

Menurut Slamet, setiap orang diberi kemampuan dan bakat oleh Allah. Sehingga tak pantas manusia merasa rendah diri dan merasa tak punya kemampuan untuk berusaha.

“Allah menciptakan manusia lengkap dengan instrumen kemampuannya untuk berusaha. Tiap-tiap kita punya akal dan kemampuan. Tinggal bagaimana mengasah dan memanfaatkan kemampuan itu,” katanya. 

Lelaki asal Banyuwangi itu menegaskan, sesungguhnya peluang usaha cukup banyak terbentang di depan mata. Namun untuk mengetahui adanya peluang itu butuh kejelian sekaligus keberanian untuk mencoba. Mencoba meski akhirnya salah lebih baik dibanding tidak pernah mencoba sama sekali.

“Yang namanya berusaha memang kadang berhasil kadang tidak. Jangan takut tidak berhasil. Kalau tidak berhasil, itu jadi pelajaran untuk usaha berikutnya,” urainya.

Slamet lalu mengisahkan awal-awal perjalanan hidupnya yang tidak menggembirakan. Ia mengaku keluarganya bukan orang berada, hanya buruh perkebunan di Banyuwangi. Namun nestapa hidup yang dialami keluarganya, tak membuat Slamet larut dalam kesedihan. Justru ia bertekad untuk  mengubah nasib.

“Kalau saya tidak pede (percaya diri), saya tidak kemana-mana, mungkin saya juga jadi buruh di Banyuwangi,” jelasnya.
 
Namun semangat Slamet untuk merubah nasib cukup besar. Sehingga setelah lulus SMP, ia memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke SMTP (Sekolah Menegah Teknologi Pertanian) yang sekarang menjadi   SMKN 5 Jember. Dari situlah (setelah lulus SMTP), perubahan nasibnya pelan-pelan terjadi.
 
“Saya pernah bekerja di perusahaan benih. Dari situ awalnya saya berinisiatif untuk membangun perusahaan benih hingga jadi seperti sekarang ini,” pungkasnya.
 
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Muchlishon