Daerah

Kasmari, Kiai Kampung Pengayom Masyarakat

NU Online  ·  Jumat, 20 September 2013 | 14:00 WIB

Lumajang, NU Online
Ia mengaku berusia 72 tahun. Kendati begitu, tubuhnya masih kuat. Bila berjalan masih tegap, tidak ringkih sebagaiman orang seusia dia. Itulah Kasmari. Orang-orang di Desa Grati, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, menyebutnya Kiai Kasmari.
<>
Kiai Kasmari memiliki sebuah mushola bernama Al Amin. Mushola itu berada di sebelah rumah tinggalnya yang sederhana. Terletak di pinggir jalan beraspal penghubung dengan desa lain.

Mushola Al-Amin, belakangan ini lebih besar dan agak megah karena baru dua bulan lalu direhab, walaupun belum seratus persen. Rehabilitasi menelan biaya hampir 60 juta rupiah. Uang murni swadaya masyarakat itu merupakan prestasi tersendiri bagi Kiai Kasmari yang mampu menggerakkan kesadaran masyarakat. 

Kiai Kasmari bukan tokoh struktural NU, baik di kecamatan maupun cabang Lumajang. Tapi dia bersama jamaahnya, beribadah sebagaimana orang-orang NU. Ia wiridan sesudah jamaah shalat fardhu, tahlilan jika ada yang meninggal, serta manakiban rutin dilakukan.

Setiap malam Sabtu Pahing, sehabis shalat maghrib, rutin diadakan manakiban. Kegiatan itu diikuti sekitar 30 jamaah, terdiri dari laki-laki dan perempuan, tetangga sekitar. Setelah jeda untuk shalat isya’, kegiatan manakib dilanjutkan hingga pukul 20.30. Beberapa tahun terakhir, kegiatan manakib diserahkan kepada salah seorang anaknya yang berprofesi guru.

Setiap malam Ahad, sehabis isya’, sang kiai langsung memimpin sendiri ngaji kitab. Jamaahnya bukan hanya tetangga sekitar, melainkan juga dari desa lain. Jumlah jamaah yang ikut sekitar 30 orang, semua laki-laki.

Mushola Al Amin memiliki kegiatan paling padat diantara mushola lain di Grati. Kegiatan keagamaan demikian semarak. Setiap tahun di mushola ini juga rutin diadakan sholat idhul fitri maupun Idul Adha. Walaupun berjarak tak sampai satu kilometer dari masjid desa yang lebih besar, jamaah shalat Ied di mushola Al Amin selalu ramai.

Di usianya yang sudah tua, Kiai Kasmari tetap setia kepada jamaahnya, membaur dalam kegiatan sehari-hari masyarakat. Bila diundang hajatan selalu hadir dan didapuk memimpin doa. Warga senang bila pak kiai yang memimpin doa karena doanya terkenal singkat, tidak seperti orang lain yang doanya panjang-panjang. 

Bila ada warga yang meninggal dunia, tak jarang kiai langsung mengumumkannya sendiri melalui pengeras suara mushola. Seperti beberapa hari lalu seorang tetangga tepat di samping mushola meninggal dunia. 

“Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh… Innalillahi Wailaihi rojiun… Bapak Dadang, sampun tilar dunyo (meninggal dunia)”. Demikian terdengar pengumuman sangat singkat suara Kiai Kasmari di pagi buta dari musholah Al Amin, diulang dua kali. 

Masyarakat sekitar terayomi lelaki sederhana yang hanya jebolan pondok pesantren kuno. Keramahan dan kerendahan hatinya kepada semua orang, termasuk yang berbeda pandangan keagamaan, membuat sang ia semakin dekat di hati mereka dan semakin dihormati.

Itulah profil kiai kampung yang istikomah membimbing warga mengamalkan ibadah ala Ahlussunnah wal Jamaah sehingga menentramkan, dan jauh dari gejolak masyarakat yang mengaku modern dan suka mengklaim dirinya paling benar seraya mengkafirkan atau membid’ahkan  yang lain.  (Saiful Ridjal/Abdullah Alawi)