Daerah

Ketika Kiai As'ad Hadir dalam Mimpi Rais Syuriyah NU Kadur Pamekasan

Sen, 9 Maret 2020 | 14:30 WIB

Ketika Kiai As'ad Hadir dalam Mimpi Rais Syuriyah NU Kadur Pamekasan

Rais Syuriyah MWCNU Kadur, KH Ihyauddin Yasin (pegang mik) saat memberikan pembekalan dalam Musker II MWCNU Kadur. (Foto: NU Online/Hairul Anam)

Pamekasan, NU Online
Almarhum Kiai As'ad Syamsul Arifin dan Kiai Hasan Ginggung berkait erat dengan pendirian Nahdlatul Ulama (NU) Kadur, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Sebab, pelopor berdirinya NU Kadur didatangi keduanya dalam mimpi.
 
"Kami makin mantap berkhidmah di organisasi yang didirikan oleh auliya ini. Di awal-awal pembentukan NU Kadur, saya diajak oleh KH Lutfi Thaha (Pengasuh Pesantren Sumber Gayam Kadur), malam harinya saya didatangi Kiai As'ad dan Kiai Hasan dalam mimpi," ungkap Rais Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kadur KH Ihyauddin Yasin saat memberi pembekalan Musyawarah Kerja (Musker) II MWCNU Kadur di Lembaga Pendidikan Islam Al Anshoriyah, Pamoroh, Kadur, Ahad (8/3).
 
Dalam mimpi, tambahnya, Kiai Ihyauddin melihat Kiai Hasan Ginggung melangkahkan kaki. Sesaat kemudian Kiai As'ad meminta Kiai Ihyauddin untuk menyalami Kiai Hasan Ginggung. 
 
"Saat saya cium tangannya, Kiai Hasan Ginggung berbisik agar saya aktif mengurus NU. Saya tidak kenal beliau. Tapi setelah saya telusuri, ternyata Kiai Ginggung ini waliyullah yang kerap bermimpi didatangi Rasulullah," ujar Kiai Ihyauddin yang disimak secara khidmah oleh hadirin.
 
Mimpi itulah yang menguatkan keyakinan Kiai Ihyauddin betapa NU betul-betul diperhatikan oleh wakiyullah. Dari itu tidak mengherankan hingga kini NU tetap eksis dan istiqamah dalam menjalankan program kerjanya.
 
Membentengi sekaligus mengembangkan agama dan negara tanpa merusak salah satunya, tambah Kiai Ihyauddin, adalah salah satu ciri khas NU. Melayani negara tanpa mengorbankan agama menjadi spirit utamanya. 
 
"Ini yang kurang dimiliki organisasi lain. Ada organisasi yang menggebu-gebu ingin memperbaiki negara, tapi mengorbankan negara. Begitu sebaliknya. NU tidak begitu, sehingga banyak yang berkepentingan dengan khilafah kerap memfitnah NU. Begitu pula kelompok lain yang sealiran dengan spirit khilafah, selalu hasut terhadap NU," tegas Kiai Ihyauddin.
 
Diterangkan, nyaris tidak ada organisasi yang seberani NU mengadakan kegiatan meskipun tidak ada uang. Uang bukanlah segalanya dalam menjalankan roda organisasi.
 
"Di samping itu, penguatan NU sebagai Jamiyah Washatiyah membuat orang-orang yang hasut ke NU selalu ada. Nahdliyin tidak perlu membalas dengan kata-kata maupun sikap hasut, tapi lawan dengan kegiatan-kegiatan positif pemberdayaan umat," paparnya.
 
Kiai Ihyauddin mengutip data yang disampaikan Kiai Yahya Cholil Tsaquf terkait besarnya gelontoran dana yang diserap kelompok yang berseberangan dengan NU.
 
"Sebagai pengurus MWCNU dan Pengurus Ranting yang menjadi ujung tombak program kerja, tetaplah ikhlas dan semangat berjuang di NU. Keistiqamahan NU hingga sekarang menjadi bukti keberkahan menjaga NKRI dan merawat agama," tukasnya.
 
Kontributor: Hairul Anam
Editor: Syamsul Arifin