Daerah

Ketua NU Jatim: Mayoritas Petani adalah Nahdliyin, Harus Dibela

Ahad, 7 Juli 2019 | 11:00 WIB

Surabaya, NU Online
Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Jawa Timur menggelar rapat pertemuan pengurus. Kegiatan digelar di kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, jalan Masjid al-Akbar Timur 9 Surabaya. Pada kesempatan tersebut turut hadir Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar.

Ketua PW LPPNU Jawa Timur, Gufron Achmad Yani memaparkan potensi NU yang akan dikembangkan adalah dengan memanfaatkan teknologi pertanian, peternakan dan perikanan. 

“Muara dari semua itu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para petani, karena akibat minimnya penguasaan teknologi juga menjadikan petani dan hasilnya tidak bisa bersaing dengan petani luar negeri,” katanya, Sabtu (6/7).

Menurutnya, LPPNU mempunya tim yang mempunyai teknologi penggemukan sapi dengan pakan herbal. “Juga pertenak ayam potong dengan teknologi terbaru bisa menghemat tempat dan hasilnya cukup menggiurkan,” terangnya. 

Selain itu ada petambak udang di Pringi, Trenggalek menemukan teknologi tertentu dan hasil panennya melimpah. “Semua teknogi tersebut bisa dihibahkan untuk kemasalahatan warga NU,” kata Yani.

Sedangkan Ketua PWNU Jatim menegaskan agar LPPNU mempunyai database yang akurat serta memetakan yang benar terhadap potensi yang dimiliki. “Jangan sampai hasil pertanian, peternakan dan perikanan tidak laku dijual gara-gara over produksi,” kata Kiai Marzuki.

Menurut dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tersebut, kalau data pasar yang dimilik sudah bagus, LPPNU bisa mengimpormasikan bagaimana langkah yang harus diambil petani, peternak dan petambak. 

“LPPNU juga harus pro aktif mencarikan peluang pasar hasil pertanian, peternakan dan perikanan,” kata Kiai Marzuki yang didampingi KH Abdussalam Shohib, Wakil Ketua PWNU Jawa Timur.

Kiai Marzuki berharap banyak terhadap kiprah LPPNU, agar benar-benar membela dan memperjuangkan nasib petani. “Mengingat selama ini, petani masih sering dikalahkan. Baik dalam memasarkan hasil pertaniannya, juga kebijakan pemerintah sendiri yang sering berpihak kapda pengusaha besar,” keluhnya.

Contoh kasus pada saat ayam peternak yang harganya anjlok. “Itu seharusnya LPNU paling depan melakukan advokasi kepada peternak,” pinta Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Kota Malang tersebut. 

Yang juga tidak kalah penting mengkomunikasikan dengan pemerintah, serta segera mencari solusinya. “Mengingat harga dari peternak berkisar Rp. 6000 per kilogram, namun di pasaran harga ayam potong masih cukup tinggi, yaitu Rp. 28 ribu perkilogram,”,  ungkap Kiai Marzuki.

Kiai Marzuki berharap agar LPPNU mendorong para pertani mempunyai daya tawar tinggi, baik di pasar lokal maupun interntaional. “LPPNU harus merintis hasil-hasil pertanian, peternakan dan perikanan warga NU berpeluang ekspor. Bahkan dalam setiap kebijakan pemerintah, LPPNU harus terus mengawal agar tidak merugikan petani,” tandasnya.

Di ujung paparan, Kiai Marzuki berharap LPPNU Jatim selalu hadir saat para petani mengalami kesulitan. “Ini penting sekali, karena mayoritas warga NU di Jawa Timur adalah petani. Saat LPPNU mengadvokasi petani, otomatis juga membela warga NU,” tutup Kiai Marzuki. (Rof Maulana/Ibnu Nawawi)