Daerah

Kiai Marzuki Jelaskan Cara Berislam Sekarang agar Sama dengan Nabi  

Sel, 11 Oktober 2022 | 11:00 WIB

Kiai Marzuki Jelaskan Cara Berislam Sekarang agar Sama dengan Nabi  

Ketua PWNU Jatim, KH Marzuqi Mustamar saat menyampaikan ceramah agamanya di halaman Kantor Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin malam (10/10/2022). (Foto: NU Online/Syamsul Arifin)

Jombang, NU Online
Umat Islam yang hidup di masa sekarang terpaut zaman yang sangat jauh dengan nabinya, Nabi Muhammad saw. Kehidupan Nabi, cara Nabi bersikap, dan tata cara beribadahnya hanya bisa disaksikan langsung pada ribuan tahun silam. Sahabat-sahabat Nabi Muhammad adalah generasi yang sangat beruntung lantaran bisa menjumpai Nabi secara langsung. Dan setiap ada kejanggalan dalam hal apapun, sahabat bisa langsung bertanya kepada Rasulullah saw.


"Sementara kita dituntut berislam sama dengan Islamnya Rasulullah saw, dituntut beriman, berakidah, beribadah sama dengan Rasulullah. Pertanyaannya sekarang, apakah bisa kita sebagai orang awam ini?" kata Kiai KH Marzuqi Mustamar saat menyampaikan ceramah agamanya di halaman Kantor Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin malam (10/10/2022).


Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur itu kemudian menjelaskan, ada cara yang membuka keyakinan umat Nabi Muhammad saw di zaman sekarang bahwa ajaran Islam yang dianut sama halnya dengan ajaran Islam yang dipraktikkan Nabi pada masanya. 


"Apa itu? Ya ikut kiai. Itu saja," jelas pengasuh Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad, Gasek, Malang, Jawa Timur ini.


Kiai atau ulama adalah sosok yang dipilih Allah mewarisi ilmunya para nabi. Kiai Marzuki menyampaikan bahwa banyak orang (santri) yang mondok di pesantren-pesantren besar, tapi tidak semua mereka menjadi kiai atau ulama meski pelajaran yang diterima saat di pesantren tidak ada yang berbeda.


"Alumni pesantren besar banyak, Tebuireng, Tambakberas, Denanyar, Lirboyo, tapi tidak dipilih Allah menjadi ulama. Padahal ngajinya sama, hafalan Alfiah-nya sama, khataman Shahih Bukhari-nya sama. Tapi faktanya tidak semua dipilih Allah menjadi ulama," jelasnya.


Allah memilih ulama mutlak atas kehendak-Nya, tidak melulu karena kadar ngajinya di pesantren, bukan pula karena di pesantren tekun dan disiplin belajar. Karena ada sebagian kiai atau ulama yang karena hanya kesungguhan khidmahnya kepada gurunya, kemudian dipilih Allah menjadi ulama.


"Kadang ada sebagian kiai yang hanya khidmah (mengabdi) kepada kiai, mijeti, melayani kiai, dzahirnya tidak pintar, tapi kadang yang begitu itu dipilih Allah menjadi kiai," terang Kiai Marzuki.


Menjadi pilihan adalah sesuatu yang istimewa. Begitu juga dengan Nabi, wali, ulama, dan kiai, semuanya dipilih Allah untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama Allah swt.


"Nabi dipilih Allah, wali dipilih Allah, ternyata kiai atau ulama juga dipilih Allah. Nah, kalau begitu, ikut kiai sama halnya dengan ikut wali, ikut para wali sejatinya ikut Kanjeng Nabi. Sama-sama ikut orang yang dipilih oleh Allah," urainya.


Oleh karena itu, Kiai Marzuki berpesan kepada warga NU untuk selalu berpegang teguh terhadap praktik-praktik ajaran Islam sebagaimana yang telah dicontohkan para muassis NU. Karena sejatinya, muassis NU meneladani guru-gurunya sampai pada Nabi Muhammad saw.


"Ikut Mbah Hasyim, jangan pindah-pindah, mati urip (hidup mati) ikut Mbah Hasyim. Otomatis apa yang Panjenengan (Anda) ikuti sama dengan ajarannya nabi. Sebab ulama-ulama itu dipilih Allah mewarisi ilmunya Nabi," ungkapnya.


Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Kendi Setiawan