Daerah

Kisah Seru Ber-Fatayat di Sekadau Kalimantan Barat

Ahad, 27 November 2022 | 11:15 WIB

Kisah Seru Ber-Fatayat di Sekadau Kalimantan Barat

Suasana pelantikan bersama Fatayat NU Sekadau, Kalbar. (Foto: Dok PC Fatayat NU Sekadau)

Jakarta, NU Online
Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat, Umi Marzuqoh, mengatakan sangat senang sekaligus terharu usai melantik pengurus Fatayat NU Kabupaten Sekadau di Gedung SMKN 1 Sekadau, Kalbar.


Pelantikan ini dilakukan serentak dengan lima Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU. Yaitu, PAC Fatayat NU Kecamatan Belitang, PAC Fatayat NU Kecamatan Belitang Hulu, PAC Fatayat NU Kecamatan Belitang Hilir, PAC Fatayat NU Kecamatan Sekadau Hulu, dan PAC Fatayat NU Sekadau Hilir.


“Selain itu, saya juga melantik 15 Pimpinan Ranting. Seru banget. Karena dalam sejarah Fatayat NU di Kalbar baru ini ada Pimpinan Ranting sampai 15 dan lima PAC di satu kabupaten. Ini capaian luar biasa. Hal ini karena PC Sekadau rajin melakukan LKD,” ungkap Umi kepada NU Online melalui telepon pintar pekan lalu.


“Selama ini kawan-kawan Fatayat di Cabang lain baru sampai pembentukan PAC. Tapi, Sekadau udah sampai Ranting,” sambung ASN Kanwil Kemenag Kalbar ini.


Dihubungi terpisah, Ketua Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Sekadau, Siti Nur Aisyah mengatakan bahwa pelantikan serentak Fatayat NU Kabupaten Sekadau yang mengusung tema ‘Membentuk Perempuan Muda Hebat di Era Milenial’ belum membuatnya puas.


“Bagi saya, ini pencapaian yang belum memuaskan. Upaya kami belum maksimal karena masih ada 2 PAC yang belum terkoordinir dengan baik meskipun kepengurusan sudah ada sehingga belum bisa ikut dilantik kemarin,” ungkapnya.


Masih ada sekitar 15-an Ranting yang sudah ada kepengurusan. Namun, karena ada kendala juga belum bisa dilantik,” kata Aisyah saat dikonfirmasi NU Online melalui ponsel, Ahad (27/11/2022).


“Tapi, alhamdlillah meski sempat terhalang Covid-19, akhirnya pelantikan tetap terwujud berkat support ketua PW Fatayat NU Kalbar juga. Tentunya saya ucapkan terima kasih kepada Mbak Umi karena terus memotivasi kami,” sambung Aisyah.


Saat ditanya tentang Fatayat, ia mengatakan bahwa Fatayat NU adalah wadah perempuan muda Nahdliyin dalam mengekspresikan diri, mengabdi, dan menyiarkan ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja) an-Nahdliyah. Ia sangat bersyukur karena di usia produktif ini tetap mampu berkontribusi di segala bidang.


Untuk menyiarkan Aswaja di Sekadau yang notabene minoritas Muslim, pihaknya berupaya melakukan pendekatan emosional kepada masyarakat yang kurang sepaham dengan Aswaja. Selain itu, berusaha memberi ruang komunikasi terbuka terhadap sahabat beda agama sehingga tidak menimbulkan miskomunikasi.


“Alhamdulillah sejauh ini duka yang kami alami hanya sebatas melewati jalan terjal, becek, dan berlumpur di pedalaman. Untuk penolakan terhadap kehadiran kami alhamdulillah tidak pernah. Nah, sukanya banyak sekali sahabat yang bisa jadi saudara,” tuturnya seraya bersyukur.


Dalam ber-Fatayat, Aisyah memiliki pengalaman menarik. Misalnya ketika berada di sebuah tempat dengan minimnya fasilitas, namun pesertanya selalu banyak dan antusias. “Bahkan, pernah melakukan LKD di daerah yang full tak bersinyal. Alhamdulillah selalu diikuti minimal 75 orang peserta. Ini sungguh mengharukan,” ujarnya.


Rahasia kesuksesan kaderisasi yang Aisyah jalankan antara lain terus menjalin komunikasi yang baik dengan sesepuh setempat. Ia berusaha memposisikan mereka seperti orang tua sendiri.


“Dengan begitu, kedekatan secara emosional dapat kami rasakan dan kami pun terima sehingga mereka juga merasakan hal yang sama,” tutur ibu muda kelahiran Lampung Tengah, 20 Agustus 1988 ini.


Di periode keduanya memimpin PC Fatayat NU Sekadau, Aisyah punya program menyelenggarakan pengajian akbar yang menghadirkan pendakwah berkelas nasional, yakni Gus Miftah.


“Kami juga berkomitmen melanjutkan kaderisasi hingga ranting dan anak ranting. Insyaallah 15 desa yang sudah terbentuk siap membentuk Anak Ranting di dusunnya masing masing. Mohon doanya,” pinta Aisyah penuh harap.


Sebagai sarjana jebolan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Islam Balitar (UIB) Kota Blitar, Jawa Timur ini, Aisyah bisa mengamalkan ilmu yang dimilikinya dan mengembangkan jejaring Fatayat hingga pelosok desa di pedalaman Kalimantan Barat.


Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Syamsul Arifin