Daerah

Konsep Mubadalah IPPNU Bukan Melawan Laki-laki

Jum, 12 Maret 2021 | 01:00 WIB

Konsep Mubadalah IPPNU Bukan Melawan Laki-laki

Pelantikan pengurus IPPNU Tikung, Lamongan, Jawa Timur, Kamis (11/3). (Foto: istimewa)

Lamongan, NU Online

Dialog perspektif gender mewarnai pelantikan pengurus PAC IPPNU Tikung, Lamongan, Jawa Timur masa bakti 2020/2022 di Gedung KPRI Tikung, Kamis (11/3).

 

Dialog bertema Perspektif Kader IPPNU, Konsep Mubadalah dalam Organisasi sengaja dipilih sebagai upaya menyamakan persepsi mengenai gender bagi pengurus PAC IPNU-IPPNU Tikung maupun seluruh kader pelajar NU di mana pun berada. Hubungan mubadalah sendiri adalah hubungan secara timbal balik antara laki-laki dan perempuan.

 

Ketua PAC IPPNU tikung Vika Rochmawati menegaskan seharusnya pemahaman tentang gender harus dipahami bersama oleh laki-laki maupun perempuan. "Dalam hal ini IPPNU sebagai organisasi basis massa pelajar perempuan perlu secara tegas mengawal (kesetaraan) hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Minimal di lingkungannya," ujar Vika.

 

Narasumber dialog, aktivis muda Kholidah Ulfi menjelaskan bahwa konsep mubadalah dalam organisasi IPPNU ini bukan untuk menyaingi atau melawan laki-laki. Kesetaraan yang dimaksud adalah untuk mendapatkan hak yang sama terhadap akses pendidikan, ekonomi, pengembangan diri, dan perjuangan nilai-nilai yang selama ini diyakini dalam organisasi ini.

 

Untuk diketahui, kata Kholidah, sampai saat ini masih kuat tertanam dalam perspektif masyarakat perdesaan, sertapandangan tradisional yang menempatkan perempuan pada lapis kedua dalam struktur sosial masyarakat. Keberadaannya sering kali ditempatkan sebagai obyek dalam posisi subordinat laki-laki.

 

"Stigma yang menempatkan perempuan hanya sebagai pelengkap keberadaan laki-laki dengan tugas utama macak, masak, manak (dandan, memasak, beranak) sering kali diterima begitu saja. Hal ini akan memberikan dampak negatif yang seris antara lain keterbatasan dan pembatasan pengembangan diri bagi perempuan," kata dia.

 

Siti Munawaroh pembicara lainnya mengatakan adalah sebuah ironi ketika perempuan seakan-akan masih dipandang sebelah mata dalam pendidikan karena beberapa sebab. "Yaitu orang tua lebih memilih mengawinkan, adanya kekurangan biaya, kekerasan seksual, dan kurangnya fasilitas. Apalagi perempuan memiliki batasan-batasan sampai ia dianggap seolah-olah sebagai satu-satunya penjaga moral bangsa dan keluarga," kata Siti.

 

Maka untuk mewujudkan kesetaraan, pemberian akses pendidikan, ekonomi, politik, dan pengembangan diri bagi perempuan merupakan ikhtiar yang harus terus diperjuangkan.

 

Ketua MWCNU Tikung H Syaifuddin Zuhri menaggapi IPPNU Tikung yang dari tahun ke tahun tampak semakin berkembang dan maju."Bagaimanapun lima samapai sepuluh tahun ke depan, kalianlah besok yang menjadi penerus NU di Tikung. Maju tidaknya NU terletak pada proses kaderisasi di tingkatkan pelajar. Jika kadernya kuat, kadernya siap, insyaallah NU semakin bermartabat," ujarnya.

 

Syaifudin Zuhri juga meminta pengurus IPPNU untuk kembali menata niat yaitu mengabdi, berkhidmat, dan berjuang dengan ikhlas di NU. "Insyaallah barakah," pungkasnya.

 

Hadir pula dalam kegiatan tersebut turut jajaran Forkopimda, Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul ulama (MWCNU) Kacamatan Tikung, beserta lembaga dan banom-banom NU lainnya, serta Pimpinan Ranting dan Komisariat se-Kecamatan Tikung.


Kontributor: M Idris
Editor: Kendi Setiawan