Kotekan Lesung hingga Seribu Bendera di Puncak Lawu
NU Online · Selasa, 20 Agustus 2013 | 01:30 WIB
Solo, NU Online
Beragam cara dilakukan masyarakat Solo dan sekitarnya dalam merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-68 Republik Indonesia.<>
Di Wonogiri, warga memeriahkan pitulasan sekaligus melestarikan seni tradisi. Warga Desa Pokoh Kidul, Kecamatan Kota Wonogiri, menggelar lomba tradisional berupa Kothekan Lesung, Ahad (18/8).
Peserta lomba Kothekan Lesung seluruhnya perempuan. Mereka bersemangat menyanyikan lagu sambil memukulkan alu ke badan lesung dengan membuat irama tertentu. Persis seperti perempuan jaman dahulu ketika tengah menumbuk padi.
Menurut Wuryatno, Kepala Desa Pokoh Kidul, ada filosofi tinggi dalam seni tradisi Kothekan Lesung. Yakni, kerja keras penuh semangat dengan saling membantu antar sesama demi meraih tujuan yang diinginkan. Sehingga, dia menyebut kesenian kothekan itu perlu dilestarikan.
“Memang keberadaan lesung dan alu untuk menumbuk padi sudah tergantikan mesin penggiling. Tapi, melihat filosofi tinggi di dalamnya, perlu kita lestarikan. Pastinya dalam bingkai seni tradisi dan budaya, ” kata Wuryatno.
Ada 13 kelompok Kothekan Lesung perwakilan seluruh dusun yang ambil bagian dalam lomba pitulasan tersebut. Diterangkan dia, bukan soal menang kalah dalam lomba itu, melainkan semangat mencintai tradisi. Terlebih seluruh peserta, baik yang menang maupun kalah menerima hadiah berupa peralatan masak.
“Selain lomba Kothekan Lesung, ada lomba jalan sehat, voli, bulu tangkis, dan klenengan (karawitan). Khusus tahun ini kami pusatkan di lapangan Dusun Gudang. Tahun depan berpindah ke dusun lainnya, demikian seterusnya,” beber Wuryatno.
Seribu Bendera
Sedangkan sebagian warga memilih memperingati Hari Kemerdekaan di Puncak Lawu. Mereka terdiri dari para pendaki dari luar kota dan masyarakat sekitar lereng Lawu.
Sabtu (17/8/) pukul 09.00 WIB itu, ratusan orang pendaki yang membentuk barisan rapi itu melantunkan lagu kebangsaan Indonesia Raya di Telaga Kuning, Puncak Gunung Lawu, Hargo Dumilah.
Di tengah-tengah barisan tersebut. Sebuah tiang bendera yang ditegakkan dikelilingi oleh ratusan bendera kain merah putih ukuran mini. Di belakang barisan itu, ratusan bendera lainnya dipasang sejajar menjadi back ground barisan.
“Pengibaran 1.000 bendera ini untuk memeriahkan HUT ke-68 RI dan mendongkrak jiwa nasionalisme para pemuda,” terang salah satu pendaki, Nur Rizki.
Sehari sebelumnya, mereka juga melepas sebanyak 120 ekor burung jenis Cucak Jawa dan Kutilang dilepas di pos induk pendakian Cemoro Kandang. Hal itu menyusul berkurangnya jumlah populasi burung di Gunung Lawu sejak beberapa tahun terakhir.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Ajie Najmuddin
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
4
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
5
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
6
Niat Puasa Dzulhijjah, Raih Keutamaannya
Terkini
Lihat Semua