Daerah

Lesbumi Jember Bertekad Jadi ‘Jembatan’ Moderasi dan Kerukunan

Ahad, 13 Desember 2020 | 12:00 WIB

Lesbumi Jember Bertekad Jadi ‘Jembatan’ Moderasi dan Kerukunan

Peluncuran website Lesbumi Jember oleh Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin di sela-sela Pengukuhan dan Kenduri Kebangsaan PC Lesbumi Jember di ruang Gus Dur, gedung Ansor Jember, Ahad (13/12). (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Jember, Jawa Timur, Siswanto menegaskan tekadnya untuk melestarikan dan mengembangkan tradisi kesenian Islam seperti hadrah, shalawatan, dan sebagainya. Hal tersebut penting karena kesenian ini sudah menjadi ciri khas NU. Semakin banyak kelompok hadrah, menandakan semakin banyak kader NU dan semakin luas syiar Islam.


“Itu hanya contoh kecil program Lesbumi Jember. Masih banyak program lain, termasuk peluncuran website Lesbumi hari ini,” ujarnya di sela-sela Pengukuhan dan Kenduri Kebangsaan PC Lesbumi Jember di ruang Gus Dur, gedung Ansor Jember, Ahad (13/12).


Dosen Universitas Jember itu menegaskan bahwa website Lesbumi Jember akan dijadikan media dengan konten-konten yang menebar kesejukan, kedamaian, dan moderasi. Menurut Siswanto, website dengan konten yang sejuk saat ini sangat dibutuhkan untuk konsumsi  masyarakat. Sebab tak jarang, berita-berita kekerasan, propaganda, dan bahkan tontonan tidak senonoh muncul di media sosial. Karenanya, hal itu perlu diimbangi dengan konten-konten yang sejuk dan damai.


“Kami harus imbangi web-web yang ‘galak’ dengan konten yang sejuk, rahmatan lil’alamin. Web itu bagian dari pendidikan yang turut membentuk budaya di tengah-tengah masyarakat,” ungkapnya.


Sementara itu, Wakil Ketua PCNU Jember, Akhmad Taufiq dalam sambutannya menjelaskan seputar latar belakang pendirian Lesbumi.  Awal pendirian Lesbumi adalah munculnya gerakan budaya yang dimotori oleh Lekra. Organisasi ini terus menampakkan kedekatan hubungan dengan PKI, baik secara kelembagaan maupun ideologis. Untuk mengimbangi itu, maka sejumlah ulama dan budayawan NU membentuk Lesbumi tahun 1962.


“Dulu kepanjangannya (Lesbumi) masih Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia,” ucapnya.


Masa telah berlalu, Lekra sudah tidak ada, dan PKI juga sudah lenyap, maka jihad Lesbumi saat ini adalah mengembangkan kesenian dan membangun budaya yang mengedepankan kerukunan dan persaudaraan. Sehingga tercipta kehidupan yang beradab dan saling menghormati.


“Ini tugas yang tidak boleh ditinggalkan, dan saya yakin Lesbumi Jember bisa,” terangnya.


Dalam kesempatan itu, Taufiq juga meminta pengurus Lesbumi Jember untuk menjadi jembatan atau tepatnya mendorong terciptanya kerukunan di tengah-tengah masyarakat Jember setelah perhelatan Pilkada usai. Diakui atau tidak, lanjutnya, perhelatan politik semacam Pilkada telah melahirkan polarisasi dukungan yang itu bisa mengkristal hingga Pilkada selesai.


“Jadi Lesbumi perlu mengambil inisiatif untuk mendinginkan suasana guna merajut kebersamaan pasca-Pilkada. Budaya moderat dengan sisi kebudayaannya juga perlu terus diperjuangkan,” pungkasnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin