Daerah

Lewat Shalawat Burdah, Fatayat NU Kota Surabaya Doakan lbu Pertiwi

Ahad, 4 Juli 2021 | 07:00 WIB

Lewat Shalawat Burdah, Fatayat NU Kota Surabaya Doakan lbu Pertiwi

Pembacaan shalawat Burdah oleh Fatayat NU Kota Surabaya, Sabtu (3/7) malam untuk mendoakan Ibu Pertiwi. (Foto: Hisyam Malik)

Surabaya, NU Online 

Akhir-akhir ini para guru, ulama dan pengasuh pesantren banyak yang wafat. Selain itu kondisi akibat pandemi Covid-19 masih memprihatinkan. Situasi itu membuat Bidang Dakwah Fatayat Nahdhatul Ulama (NU) Kota Surabaya, Jawa Timur mengajak masyarakat untuk berdoa bagi lbu Pertiwi melalui pembacaan Shalawat Burdah. Acara doa diadakan secara daring dari Pondok Pesantren Nurul Huda Surabaya, Sabtu (3/7) malam.

 

"Mari kita berdoa bersama dengan membaca shalawat burdah dengan harapan Allah SWT segera mengangkat wabah, bala dan musibah dari tanah air dan ibu pertiwi bisa kembali tersenyum," kata Camelia Habiba, Ketua Fatayat NU Kota Surabaya.

 

Menurut Habiba, Ibu Pertiwi sedang berduka dengan kondisi pandemi yang kian mencekam sementara lonjakan pasien Covid meningkat, hingga pemerintah kota hampir kewalahan dalam melayani kesehatan warga.

 

"Meskipun pada malam ini kita silaturahim berjumpa melalui handphone via Zoom ataupun media sosial lainnya, mari kita berdoa agar semuanya selalu dalam penjagaan Allah SWT disehatkan hati dan badan kita," ujarnya.

 

Camelia Habiba mengajak kepada semuanya agar bergandengan tangan dalam menghadapi pandemi covid-19 agar Allah SWT segera mencabut virus dari tanah air kita khususnya kota Surabaya.

 

"Meskipun kita tidak bisa beraktivitas dengan bebas. Tetaplah berkarya dari tempat masing-masing agar tetap produktif dan bermanfaat," ajaknya.

 

Menurutnya, vitamin merupakan faktor penunjang bagi kesehatan. Faktor utamanya adalah kebahagiaan, tetap tebar kebaikan dan senyuman agar pikiran serta hati kita tetap berisi hal-hal yang positif. "Utamanya pikiran dan hati. Ketika keduanya dalam keadaan baik-baik saja maka hidup kita akan sehat," tambahnya.

 

Doa dan upaya mematuhi protokol kesehatan merupakan bentuk bantuan kepada pemerintah dalam berikhtiar memutus mata rantai Covid-19. "Jangan keluar rumah jika tidak ada sesuatu yang penting sekali, Mudahan yang kita lakukan semua berada dalam payung Allah SWT," pungkasnya.

 

Judul : Qashidah Burdah Penulis : KH. M. Syarwani Abdan ADVERTISEMENT Penerbit : Muara Progresif Cetakan: I, Januari 2011 Tebal : xv+175 Halaman Peresensi :

 

Sejarah dan manfaat Shalawat Burdah

Berdasarkan resensi yang ditulis oleh Junaidi pada tahun 2011, shalawat atau kasidah Burdah terdiri dari 160 bait, hampir menjadi Qashidah yang paling penting dalam pujian kepada Nabi. Oleh sebab itu, para ulama di selurah dunia Islam menyambutnya dengan penuh simpatik dan hormat. Dalam suatu riwayat bahwasanya Ibnu Khaldun seorang yang berasal dari Hadramaut pernah menghadiahkan Kasidah Burdah tersebut kepada Timur Lank.

 

Dalam resensi atas buku Qashidah Burdah yang ditulis KH M Syarwani Abdan diterbitkan Muara Progresif 2011, Junaidi mengulas tentang penulis Qashidah Burdah yakni iman Albushiry. Imam Albushiry adalah pribadi terkemuka seorang seorang yang alim lagi mengamalkan ilmunya, seorang shaleh yang tenggelam dalam mencintai Allah dan Rasulullah-Nya.

 

Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammand bin Sa’id bin Hammad bin Abdillah bin Alshonhaji Albushiry Almishry, asal keturunan dari Maghrib (Moroko) dari Qal’ah Hammad, dari suku yang dikenal dengan bani Habnun. Ia dilahirkan di daerah Dallas pada hari selasa tanggal 01 Syawwal 608 H dan wafat di Iskandariyah pada tahun 696 H. Makamnya terkenal di Iskandariyah. Lokasinya bersambung dengan masjid jami.

 

Burdah terdiri dari beberapa unsur, di bagian depan syairnya berisi tentang teringat kepada kekasih, kerinduan, dan cinta, berikutnya berisi tentang peringatan dari godaan hawa nafsu, kemudian pujian-pujian kepada Nabi, tentang kelahiran dan beberapa mukjizatnya. Selanjutnya berisi tentang Al-Qur'an, Isra Mi'raj, jihad dan tawassul.

 

Beberapa keunggulan dari kasidah Burdah tampak dari rangkaian syair dan isinya. Begitu juga beberapa khasiat dan faedah dari kasidah Burdah. Ada lima bait kasidah Burdah yang apabila ada seseorang curiga terhadap istri, anak perempuan atau salah seorang kelurganya, handaknya ia menuliskan lima bait kasidah Burdah tersebut di atas daun limau dan diletakkan di tangan kiri orang yang dicurigai sewaktu tidur, lalu ia mendekatkan mulut di telinganya, niscaya yang dicurigai itu akan mengatakan apa saja yang telah dilakukannya baik atau buruk. Begitu juga untuk orang yang dicurigai sebagai pencuri.

 

Dari kasidah Burdah itu, setiap baitnya memiliki beberapa khasiat dan faedah yang berbeda, begitu juga tata cara penggunaan atau pengamalannya. Selain keindahan syairnya, itu semua sangat bermanfat jika diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Nilai-nilai estetikanya menjadikan Imam Albushiry sebagai penyair yang tak tertandingi sepanjang sejarah. Burdah senantiasa dilantunkan di berbagai penjuru dunia, karena imam Abushiry menulisnya dengan sepenuh hati. Kecintaannya kepada Allah dan Rasulullah SAW mampu mengesampingkan cintanya terhadap yang lain. Bahkan kekuatan cinta akan ikut mengalir pada siapa pun yang meresapi kedalaman maknanya. Rindu selalu membuat orang berharap kehadiran sang kekasih. 

 

Burdah pula yang akhirnya mampu menghadirkan sang kekasih Rasulullah SAW dalam mimpinya, sehingga penyakit lumpuh yang dideritanya menjadi sembuh. Alunan Burdah juga mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Karenanya Burdah sampai saat ini masih terus dilantunkan.

 

Syair kesukaan Kiai Said

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj termasuk salah satu tokoh yang menggemari dan sering membacakan Kasidah Burdah. Catatan NU Online, pada tahun Kiai Said Kiai Said membacakan kasidah Burdah di Hotel Borobudur Jakarta.

 

Kala itu, Kiai Said menyebutkan Rasulullah tidak bisa bersyair, tetapi suka mendengarkan syair. Suatu ketika, Rasulullah mendengarkan seorang sahabatnya membacakan sebuah syair yang memuji dirinya. Karena gembira maka sahabat tersebut diberi sebuah selimut lurik, yang dalam bahasa Arab dinamakan burdah. Sejak saat itulah, syair-syair yang memuji kebesaran dan keagungan Rasulullah disebut Kasidah Burdah.

 

Data lainnya, pada 8 Mei 20119 saat kunjungan komedian Andre Taulany ke PBNU, Kiai Said juga membacakan bait-bait kasidah Burdah. Andre tampak terkesima atas syair yang dilantunkan Kiai Said.

 

Kontributor: Hisam Malik
Editor: Kendi Setiawan