Daerah

Memahami dengan Tepat Makna ‘Semua Agama Baik’ 

Sab, 17 September 2022 | 09:00 WIB

Memahami dengan Tepat Makna ‘Semua Agama Baik’ 

Ilustrasi: Pernyataan 'Semua agama baik' harus dimaknai dalam konteks dibandingkan dengan orang-orang yang tidak beragama lebih baik dari mereka yang tidak beragama.

Pringsewu, NU Online 
Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu, Lampung KH Sujadi menjelaskan bahwa pernyataan yang menyebut ‘Semua agama baik’ harus dimaknai dengan cara yang benar dan tepat. Pernyataan ini harus dipahami dengan baik agar seseorang tidak menyamakan semua agama karena pada dasarnya agama memiliki cara dan keyakinan yang berbeda-beda.


Pernyataan 'Semua agama baik' ini, jelasnya, dimaknai dalam konteks dibandingkan dengan orang-orang yang tidak beragama. Orang yang beragama lebih baik dari mereka yang tidak beragama. Pasalnya orang yang beragama masih memiliki keyakinan dan melakukan pengabdian kepada Tuhan. Sementara orang yang tak beragama tidak memiliki kesadaran adanya Tuhan yang menjadikan kehidupan ini.


Abah Sujadi, sapaan karibnya menambahkan bahwa 'Semua agama baik’ karena semua agama pada dasarnya melarang hal-hal yang dapat menimbulkan dampak negatif. Semua agama misalnya, melarang mencuri dan menyakiti orang lain serta melakukan hal-hal negatif yang berhubungan dengan kemanusiaan.


Dalam konteks ini lah, sah-sah saja setiap pemeluk agama meyakini jika agama yang dianutnya adalah agama yang paling baik. Prinsip paling baik ini merupakan keyakinan yang memang harus ditanamkan kepada setiap pemeluk agama dalam rangka memotivasi untuk lebih percaya dan meningkatkan kualitas ibadahnya masing-masing.


Sehingga menurutnya fakta perbedaan yang ada dalam setiap agama dan keyakinan merupakan sesuatu yang tidak boleh memicu pereselisihan. "Maka tepat sekali ayat Al-Qur’an ‘Lanaa a’maalunaa wa lakum a’maalukum. Lakum diinukum wa liyadin,” ungkapnya mengutip ayat Al-Qur’an surat Al Kafirun yang mengarahkan umat Islam untuk menghindari perselisihan dan menjaga kerukunan.


Kemudian terkait kerukunan di antara perbedaan-perbedaan dalam setiap agama ini, Kiai Sujadi menjelaskan bahwa bukan agamanya yang dirukunkan tapi umat beragamanyalah yang harus menjaga kerukunan. 


"Bukan ketika shalat Jumat semua agama harus ke masjid, kemudian ketika hari Minggu semua ke gereja. Namun masing-masing menjalankan keyakinannya sesuai agamanya dengan saling menghormati dan menjaga kerukunan," jelasnya dalam Kajian Tafsir Al-Qur’an Kitab Jalalain, Sabtu (17/9/2022).


Oleh karena itu, saat ini ada sebuah forum untuk menguatkan kerukunan bernama FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) yang dibentuk untuk menjaga kerukunan umat beragama. Hal ini penting terlebih di Indonesia yang memiliki beragam agama. Beragama dan berbangsa dengan baik harus terus dipupuk dalam satu tarikan nafas di tengah perbedaan.


"Intinya tidak saling menyalahkan dan dipersilakan menjalankan agama dan kepercayaannya masing-masing," pungkasnya.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan