Daerah

Memprediksi Ketua Umum PBNU adalah Su'ul Adab

Sen, 2 Maret 2020 | 13:00 WIB

Memprediksi Ketua Umum PBNU adalah Su'ul Adab

Wakil Rais Syuriah PCNU Pamekasan, KH Misbahul Munir. (Foto: NU Online/Hairul Anam)

Pamekasan, NU Online

Berkaitan dengan Muktamar NU ke-34 di Lampung 22-27 Oktober mendatang, jangan sampai ada prediksi siapa yang akan terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode berikutnya. Sebab, itu tergolong su'ul adab atau tidak beretika.

 

Demikian pengarahan Wakil Rais Syuriah PCNU Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, KH Misbahul Munir di hadapan 848 Kader Penggerak NU di Pondok Pesantren Al-Falah Sumber Gayam, Kadur, Pamekasan, Ahad (1/3), dalam acara Silaturrahim Daerah (Silatda) 1 dan Ijazah Kubro.

 

Kiai yang pernah nyantri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Sidogiri, Pasuruan itu mengaku tidak berani berkomentar, apalagi memprediksikan figur yang akan terpilih menjadi Ketua PBNU periode 2020-2025.

 

“Terlalu cangkolang (kurang beretika) memprediksi kepengurusan PBNU. Siapapun ketuanya, rais-nya, kita akan siap mengabdi. Karena kita tidak mengabdi kepada ketua, rais PBNU, tapi kita mengabdi kepada jam’iyah Nahdlatul Ulama,” tegas Kiai Misbah, panggilan akrab KH Misbahul Munir, sembari disambut tepuk tangan hadirin.

 

Tugas kader NU maupun pengurus NU di tingkatan ranting, tidak perlu menyoroti kepengurusan di tingkat MWCNU. Begitupuin pengurus MWCNU su'ul adab bila mengurusi PCNU.

 

"Demikian pula PCNU mengeritik PWNU dan PWNU menyoroti PBNU, itu cangkolang. Sebab, tiap jenjang kepengurusan punya konteks persoalan yang berbeda dengan konteks persoalan di bawah," tegasnya.

 

Kiai Misbah yakin alumni Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU) atau yang biasa disebut Kader Penggerak NU sudah memahami hal itu. Sebab, mereka sudah lulus, dibaiat sebagai kader NU yang kaffah: amaliyah, fikrah, dan harakah an-Nahdliyahnya sudah teruji dengan baik.

 

Kepada Kader Penggerak NU, Kiai Misbah menekankan agar selalu siap jika dibutuhkan oleh jam’iyah Nahdlatul Ulama. Pasalnya, kader Penggerak NU, memiliki tanggung jawab berkhidmah di organisasi yang kini berusia 97 tahun itu.

 

Kiai Misbah juga berharap para kader penggerak terus semangat dalam menyebarluaskan visi Islam wasathiyah ala thariqat Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Kebun Baru, Kacok, Palengaan, Pamekasan itu menekankan agar kader penggerak selalu siap ketika ditunjuk menjadi pengurus NU di semua tingkatan.

 

“Jangan sampai ada Kader Penggerak NU yang ditunjuk jadi pengurus tapi tidak mau, atau tidak mau mengabdi karena tidak terpilih sebagai ketua,” pungkas alumnus Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir tersebut.

 

Kontributor: Hairul Anam

Editor: Aryudi AR