Daerah HARI KEMERDEKAAN

Nasionalisme Bangsa Terkikis Arus Global

Jum, 17 Agustus 2012 | 07:28 WIB

Padang, NU Online
Nilai-nilai nasionalisme bangsa Indonesia hari ini semakin terkikis habis oleh kencangnya arus global dan kekuasaan kapital pasar. Di tengah suasana peringatan HUT kemerdekaan RI ke-67, kepedulian masyarakat terhadap simbol bangsa dan negara tampak samar-samar.

<>Hal itu terungkap pada refleksi kebangsaan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Padang, Kamis (16/8/2012) malam yang berlangsung di aula PW NU  Sumatera Barat Jalan Ciliwung No. 10 Padang. 

Refleksi Kebangsaan  bertemakan "Memanusikan Sejarah" dipandu Ketua PMII Padang Yosep Firman Susilo menampilkan narasumber Mabincab PMII Padang Armaidi Tanjung dan mantan Sekretaris Umum PC PMII Padang Aidil Aulya yang saat ini menyelesaikan program pascasarjana di UIN Jakarta.

Menurut Armaidi Tanjung, salah satu kondisi yang memprihatinkan suasana 17-an Agustus nyaris tak banyak di depan rumah masyarakat yang memasang bendera merah putih sebagai bentuk perayaan HUT Kemerdekaan. Kalau pun ada, kebanyakan kantor-kantor pemerintah dan perusahaan/lembaga.

“Semasa saya masih kecil, hampir setiap rumah memasang bendera merah putih di depan rumahnya. Kala itu ada pemberitahuan mengingatkan dari aparat pemerintah agar masyarakat memasang bendera. Bahkan dari corong mikrofon masjid dan musalla pun terdengar pemberitahun. Namun hari ini tak terdengar lagi,” tambah Aidil Aulya.

Dilihat dari perilaku elit bangsa, baik di pusat kekuasaan maupun tingkat lokal, kata Armaidi Tanjung, dulu mereka masuk penjara karena mempertahankan prinsip ideologi, dan komitmen perjuangan yang mengancam kepentingan penguasa. Namun kini, elit kita masuk penjara karena setumpuk uang rakyat yang dikorup.
“Bahkan ironis, beberapa kepala daerah ditingkat lokal, baru saja selesai menjalankan tugas jabatanya, langsung berurusan dengan hukum hingga masuk penjara. Dulu elit kita meraih kekuasaan dan melakukan perjuangan untuk dipersembahkan kepada masyarakat, bangsa dan negaranya. Mereka hidup dengan sederhana dan bersahaja jauh dari kemewahan,” kata Armaidi Tanjung.

Namun kini, katanya, elit kita meraih dan menggunakan kekuasaan untuk kepentingan diri dan kelompok yang amat berlebihan. Sehingga makin banyak yang mencuri uang rakyat tanpa merasa bersalah dan hanya dihukum  ringan jika sampai di pengadilan.

Di sisi lain, kata Yosep Firman, jika dibandingkan perilaku elit bangsa saat ini dengan para pendiri dan pejuang bangsa Indonesia, maka sudah sepantasnya para elit bangsa kita saat ini belajar sejarah bangsa Indonesia kembali. Bagaimana elit bangsa ini melihat kesederhana dan kebersahajaan  para tokoh dan elit kita dulu.

“Bayangkan, jangankan mencuri kekayaan negara, nyawa dan raganya pun dikorbankan untuk mempertahankan negara ini. Tapi kenapa elit bangsa sekarang mencuri kekayaan negara, bahkan ada yang sampai menjualnya ke pihak asing untuk mendapatkan kekayaan yang melimpah,” kata Yosep.

Ditambahkan Yosep, refleksi kebangsaan ini sengaja digelar PMII Padang usai buka bersama dan shalat tarawih berjamaah untuk merenung kondisi bangsa Indonesia saat ini yang semakin tak jelasnya  mana kebenaran politik dan mana kebenaran hukum. Carut marut bangsa kita sungguh memprihatinkan.