Daerah

NU Pasti Melawan Penentang Ideologi Negara

Jum, 2 Oktober 2020 | 07:00 WIB

NU Pasti Melawan Penentang Ideologi Negara

Ustadz Yusuf Suharto memberikan materi pada Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus Ma'had Aly Mambaul Ma'arif Denanyar, Jombang. (Foto: NU Online/Istimewa)

Jombang, NU Online

Ma'had Aly Mambaul Ma’arif mengadakan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus pada Selasa (29/9). Kegiatan dilangsungkan di auditorium KH Bisri Syansuri, Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar Jombang, Jawa Timur.

 

Sejumlah pemateri dihadirkan di antaranya Direktur Ma'had Aly Gus Abdur Rosyid, dari Pengurus Yayaasan Mambaul Ma’arif oleh Nyai Muniroh, Gus Husnul Haq, Ustadz Abdul Aziz, dan Ustadz Yusuf Suharto.

 

Ustadz Abdul Aziz dan Ustadz Yusuf Suharto adalah alumni ma'had aly periode pertama. Dulu di Pesantren Denanyar sudah pernah ada ma'had aly dengan konsentrasi fikih wa ushulihi yakni antara 1996 hingga 1999. Dan tahun ini, 2020 tetap dengan fikih wa ushulihi dengan fokus fiqih siyasi (fikih politik).

 

Ustadz Yusuf Suharto yang menyajikan materi Ahlussunnah wal Jama'ah atau Aswaja menjelaskan bahwa aliran ini mengambil posisi moderat.

 

"NU adalah organisasi berhaluan Aswaja yang senantiasa membela agama dan bangsa,” kata kandidat doktor Univesitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tersebut. Karena itu NU melawan pandangan yang bertentangan dengan ideologi negara. Hal itu dibuktikan seperti melawan dengan keras Partai Komunis Indonesia atau PKI, dan Darul Islam (DI) hingga Tentara Islam Indonesia (TII), lanjutnya.

 

Karena itu, bagi dewan pakar Aswaja NU Center Jombang tersebut bahwa masalah kepemimpinan harus disikapi secara proporsional.

 

"Rasulullah wafat dan tanpa meninggalkan wasiat kepemimpinan. Beliau wafat tanpa menunjuk putra mahkota atau tanpa menunjuk pengganti, karenanya Aswaja tidak mempercayai adanya wasiat kepemimpinan itu,” tegasnya.

 

Kalau ada wasiat, maka logikanya Imam Ali yang bijaksana dan pemberani pasti akan menyampaikan kepada Abu Bakar dan umat. Alih-alih menyampaikan, yang faktualnya justru Imam Ali bin Abi Thalib berbaiat kepada Sayyidina Abu Bakr, Sayyidina Umar, dan Sayyidina Utsman RA.

 

“Nyatanya pula, Imam Ali ikut aktif berperan dalam pemerintahan Abu Bakar, Umar dan Utsman,” ulasnya.

 

Dan kalau ada wasiat, maka akan dibahas dalam pertemuan di Saqifah Bani Sa' idah, namun nyatanya tak ada informasi dan penyampaian wasiat dimaksud.

 

Dijelas salah seorang Pengurus Wilayah Aswaja NU Center Jawa Timur ini bahwa para santri harus terus belajar sejarah Islam. Dan seluruhnya antara lain bisa dikaji dalam kitab Tarikhul Khulafa' karya al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi.

 

“Sehingga, kaum Muslimin yang aktif di politik itu ada landasannya. Dengan mengenali hal itu, adalah agar kita tahu peta dan bisa proporsional dalam menyikapi,” ungkapnya.

 

Lebih lanjut dikemukakan bahwa ma'had aly yang ada di Pesantren Denanyar adalah kelanjutan dan komitmen keilmuan. Bahwa pendiri pesantren, yakni KH Bisri Syansuri merupakan sosok ulama yang pakar fikih, dan juga terlibat dalam politik.

 

“Masing-masing ada urgensinya, baik ulama maupun santri yang menggerakkan tradisi tanpa ikut dalam struktur kekuasaan. Demikian pula ulama dan santri yang menggerakkan tradisi dengan ikut masuk dalam struktur kekuasaan,” pungkasnya.

 

Editor: Ibnu Nawawi