Daerah

90 Persen Balik Pondok, Begini Pola Belajar Santri Mamba'ul Ma'arif Jombang

Rab, 23 September 2020 | 08:30 WIB

90 Persen Balik Pondok, Begini Pola Belajar Santri Mamba'ul Ma'arif Jombang

Santri Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Kabupaten Jombang, Jawa Timur usai mengikuti aktivitas pesantren. (Foto: NU Online/Syamsul Arifin)

Jombang, NU Online
Sepanjang pandemi Covid-19 berlangsung, Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Kabupaten Jombang, Jawa Timur sudah mengembalikan santrinya sebanyak 90 persen. Jumlah keseluruhan santri yang menimba ilmu di pesantren yang didirikan pendiri NU KH Bisri Syansuri itu lebih dari 2000 santri.


"Alhamdulillah sudah 90 persen santri sudah balik ke pesantren," kata Pengasuh Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Jombang, KH Abdussalam Shokhib kepada NU Online saat ditemui di kediamannya, Selasa (22/9).


Ia mengaku, Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar menerapkan kebijakan yang cukup longgar dalam proses pengembalian santri di masa pandemi. Tidak seperti sebelumnya yang cenderung diatur tepat waktu, sesuai jadwal kembalinya santri sebagaimana ditentukan pesantren.


"Yang berkenan mengembalikan anaknya dipersilakan dan kalau ada yang khawatir ya kita menoleransi. Karena dalam situasi seperti ini tidak mungkin kita mewajibkan kalau secara mentalitas dan psikis belum siap," ujarnya.


Gus Salam, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa semua santri yang telah kembali ke pesantren sudah aktif mengikuti kegiatan. Mulai shalat berjamaah, ngaji, hingga madrasah diniyah.


"Tentu tetap mengikuti rekomendasi pemerintah, menjaga protokol kesehatan. Jamaah shalat lima waktu kita tetap jaga jarak, saat ngaji dan di madrasah diniyah memakai masker," imbuhnya. 


Aktivitas-aktivitas pesantren berjalan seperti sedia kala. Bahkan, tidak ada pelajaran atau waktu-waktu ngaji yang dikurangi. Hanya saja polanya yang diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi kerumunan saat aktivitas pesantren berlangsung. Seperti mengurangi jumlah santri di dalam ruang belajar.


"Kalau kegiatan pesantren sama seperti semula, karena yang agak longgar itu kegiatan sekolahnya karena mengikuti arahan pemerintah. Sampai sekarang belum diperbolehkan tatap muka," ungkapnya.


Tingkatkan Imunitas
Hampir setiap hari, pada pagi hari sebelum memulai aktivitas pesantren, para santri diinstruksikan untuk senam di halaman pesantren. Hal ini untuk menjaga imunitas santri tetap terjaga di tengah rentannya persebaran Covid-19.


Tidak hanya itu, setiap dua minggu sekali khusus santri putra bermain sepak bola di lapangan. Biasanya, saat situasi normal, olahraga ini hanya dilakukan santri satu bulan sekali.


"Olahraga intens dilakukan santri, kalau waktu normal olahraga satu minggu sekali sekarang hampir setiap hari. Senam juga sepak bola," ujarnya.


Menurut dia, kesehatan santri dalam situasi seperti sekarang harus lebih diperhatikan. Karenanya, pesantren dituntut bisa mengatur waktu dengan seimbang antara waktu belajar santri dan berolahraga.


Selain olahraga, Pesantren Mamba'ul Ma'arif juga mengatur pola makan santri makanan-makanan yang sehat. Setiap hari, santri diberikan makan tiga kali. "Kalau waktu normal kita persilakan makan dua kali atau tiga kali. Karena biasanya santri juga makan di luar. Sekarang semua santri harus makan tiga kali dari pondok," tuturnya.


Di samping itu, santri tidak diperkenankan lagi makan dalam satu wadah untuk porsi lebih dari satu santri. Karena hal itu mengundang kerumunan yang rentan virus Corona. "Sejak awal, di surat edaran pesantren kita instruksikan agar santri membawa peralatan makan di pesantren seperti piring, sendok, dan lain-lain," ulasnya. 


Waktu istirahat santri juga diatur pesantren. Setidaknya pukul 22.00 WIB semua santri harus sudah di kamar masing-masing dan beristirahat. Hal ini berkaitan dengan upaya pesantren dalam menjaga daya imunitas santri agar tidak lemah. Karenanya santri harus beristirahat dengan cukup.


"Kita perketat jadwal tidur. Kalau dulu kita cukup longgar, tapi kalau sekarang jam 10 malam sudah harus istirahat agar kesehatannya tetap terjaga, imunitasnya juga terus terjaga," pungkasnya.


Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Musthofa Asrori