Daerah PEDULI COVID-19

Sikap Bijak Pesantren terhadap Covid-19, Terbuka atau Sebaliknya?

Rab, 23 September 2020 | 04:50 WIB

Sikap Bijak Pesantren terhadap Covid-19, Terbuka atau Sebaliknya?

Pengasuh Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar,Jombang Jawa Timur, KH Abdussalam Shokhib. (Foto: NU Online/Syamsul Arifin)

Jombang, NU Online
Sebagian pesantren telah menjadi tempat tersebarnya Covid-19. Tak sedikit pengelola pesantren yang terkonfirmasi virus membahayakan itu. Pun demikian dengan para santrinya. Kasus yang terbaru seperti di Pesantren Darussalam, Blokagung, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.


Kendati demikian, Pengasuh Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, KH Abdussalam Shokhib menegaskan, mayoritas pesantren menangani kasus Covid-19 dengan sangat hati-hati.


Menurut dia, sikap itu juga yang kadang menimbulkan beragam tafsir di tengah masyarakat. Sebagian menilai pesantren menutup akses informasi kasus Covid-19, sementara sebagian yang lainnya justru lebih terbuka.


"Yang perlu menjadi catatan kita, kalaupun ada kasus di pesantren, penanganannya luar biasa, sangat baik. Mereka yang terkena kasus pasti mengikuti protokol kesehatan yang diarahkan pemerintah. Dan dipraktikkan pengasuh," kata dia kepada NU Online saat ditemui di kediamannya, Selasa (22/9).


Pesantren, lanjut dia, memiliki hak otonom dalam penanganan kasus Covid-19 di lingkungannya. Baik terkesan tertutup ataupun sebaliknya, tentu sudah melalui pertimbangan sangat matang. "Itu tergantung dari internal pesantren. Masing-masing pesantren tentu punya kesiapan psikis yang berbeda," ujarnya.


Kondisi pesantren tidak bisa disamakan dengan instansi manapun, apalagi instansi pemerintahan. Banyak pertimbangan yang perlu dijadikan bahan dalam memutuskan sikap atas situasi yang terjadi, dalam hal ini kasus Covid-19.


Kalaupun ditemui sebagian sikap pesantren yang cenderung tertutup dalam kasus Covid-19, lanjutnya, itu bukan berarti dalam rangka mau 'cuci tangan' agar terlihat bersih dari kasus Covid-19 di lingkungan pesantrennya. Namun, lebih pada upaya pondok untuk menciptakan stabilitas dan kondusivitas di pesantren tetap terjaga.


Jaga stabilitas pesantren
Dengan menjaga stabilitas pesantren, lanjut dia, psikis santri dan wali santri tetap terkontrol. “Demikian juga dengan aktivitas pesantren tetap dapat diikuti oleh para santri dengan tenang,” terangnya.


"Bila di pesantren itu menganggap sikap penanganan yang dilakukan pesantren secara hati-hati lebih baik tidak dibuka ke media, ya kita harus mengikuti itu. Karena pasti ada pertimbangan tersendiri," sambungnya.


Begitu juga dengan sebaliknya, pesantren yang memutuskan sikap lebih terbuka tentu sudah melalui pertimbangan yang matang dari semua pihak di internal pesantren. "Yang pasti, kalau pesantren merasa sudah siap terbuka, ya monggo, tidak ada masalah," tegasnya.


Cucu pendiri NU KH Bisri Syansuri ini menegaskan, kasus Covid-19 yang terjadi di lingkungan pesantren dapat diatasi dengan baik. Semua penanganan yang diberikan pesantren kepada santri yang terkonfirmasi Covid-19 dilakukan dengan sangat hati-hati dan mengikuti prosedur pemerintah.


"Alhamdulillah, sampai sekarang santri yang dikabarkan terkonfirmasi kasus ini tidak ada yang meninggal. Itu karena ketaatan mereka terhadap penanganan yang dilakukan oleh aparat," jelasnya.


Dengan demikian, masyarakat secara umum, dan khususnya wali santri tidak perlu terlalu cemas terhadap kondisi anak-anaknya yang berada di pesantren di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang.


"Yang jelas, sudah ada kesadaran dari pesantren untuk selalu berkomunikasi dengan aparat. Saya kira semuanya demikian. Ketika ada insiden yang terjadi di pondok, langsung konsultasi ke aparat terkait penanganannya seperti apa," pungkasnya.


Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Musthofa Asrori