Brebes, NU Online
Rektor Ma’had Aly Al Hikam Salafie Babakan Ciwaringin Cirebon Dr KH Arwani Syaerozi menilai, kaum Wahabi hanya selangkah saja untuk menjadi teroris karena pandangan kaum Wahabi sudah bertekad untuk menguasai segala yang menjadi kehendaknya. Sedangkan santri-santri NU, untuk menjadi teroris butuh 7 langkah karena banyaknya pertimbangan, penghalang berupa kesadaran dan tekad yang kuat untuk bela negara.
“Wahabi, sangat gampang untuk menjadi teroris, hanya selangkah saja langsung jadi,” kata Wawan, panggilan akrab kiai muda dari Cirebon ini, saat mengisi Halaqah Kebangsaan Hari Santri di Pondok Pesantren Darussalam Jatibarang Brebes, Ahad (23/10).
Kaum Wahabi, sangat berani kepada orang tua apalagi kepada orang orang yang tidak sepandangan sehingga tidak ada rem untuk berbuat teror. “Berbuat teror, bahkan menjadi jajanan yang setiap saat disantapnya,” terang peraih gelar doktor termuda dari Indonesia ketika menempuh studi di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Muhammad V, Rabat, Maroko ini.
Untuk itu, dia mewanti-wanti kepada para orang tua dalam memilih pondok pesantren. Di Indonesia, sudah tercatat ada 34 pondok pesantren yang didirikan kaum Wahabi. Namun, mereka sengaja mencantumkan nama-nama pesantren tersebut dengan nama yang biasa digunakan oleh pesantren-pesantren NU. “Seperti Salafi, Imam Syafii, dan lain-lain untuk mengelabui orang orang NU agar memasukan anaknya ke pondok pesantren tersebut,” ungkapnya.
Di Indonesia, lanjutnya, perkembangan Wahabi awalnya dikembangkan di perguruan tinggi nonagama. Para mahasiswa yang mayoritas masih dangkal agamanya, kemudian dengan cepat terpengaruh.
Namun, sekarang Wahabi telah mencaplok hingga ke desa-desa bahkan kaderisasinya sudah menuju ke tingkatan PAUD, TK, SD, SMP, SLTA. Mereka menjadi target wahabi yang sangat empuk dengan menanamkan ideologi yang keras.
“Setelah merdeka, apakah kita akan diacak acak oleh mereka, sementara mereka tanpa memberikan kontribusi apapun saat kemerdekaan Indonesia dulu,” ujarnya.
Wahabi, kata Kang Wawan, menjadi virus mengerikan di seantero jagad. Virus Wahabi selalu ngrecoki Indonesia, bahkan ngrecoki Brebes. “Bila mereka merasa kalah dalam gerakan ideologinya, maka tidak segan-segan akan dilanjutkan dengan gerakan fisik,” ungkapnya.
Terbukti, mereka telah memusnahkan peninggalan sejarah dunia, situs-situs sejarah Islam dihancurkan. “Termasuk menghancurkan Indonesia dengan bom, meskipun tidak terang-terangan mengatasnamakan Wahabi, tetapi tanda-tandanya jelas mereka berada di balik aksi teror di berbagai belahan Indonesia,” kata master kajian Maqasid Syari'ah di Universitas Ezzitouna Tunisia (2005-2007).
Melawan Musuh
Ketua PCNU Brebes KH Athoillah Syatori menambahkan, di hari santri dia mengingatkan kalau dulu musuh negara hanya penjajah saja, kini musuh negara makin banyak, yang juga menjadi musuh NU. Musuh tersebut, antara lain kemiskinan dan kebodohan.
Musuh-musuh tersebut, bagaimanapun harus dikikis habis. Persoalan kebodohan, di Brebes sendiri rata-rata sekolah lama sekolah hanya 5,6 tahun. Artinya, SD belum lulus, akibat predikat miskin dan banyaknya orang tua yang buta huruf.
Musuh yang lain, kata Athoillah berupa teroris, narkoba, munculnya aliran-aliran keras, juga nabi-nabi palsu, yang menggelincirkan akidah.
Indonesia telah menyatakan darurat narkoba. Narkoba tidak hanya narkotika dan obat obatan adiktif berbahaya lainnya. Tetapi juga narkoba yang berakronim ‘Negara Akan Rusak Kalau Orangnya Buta Agama’ (Narkoba). “Juga yang berakronim Negara Akan Rusak Kalau Orangnya Bejat Akhlaknya,” ujar Atho yang gemar banyolan di setiap ceramahnya.
Halaqah Kebangsaan Hari Santri dengan tema Wahabi dan Terorisme diikuti ratusan santri dan pengurus NU. Tampak hadir para pemimpin pondok lumpur Losari, Ketua Baznas Brebes Dr Khusnan Zein, Pengasuh Pondok Darussalam KH Syeh Soleh Basalamah, dan para anggota DPRD Brebes. (Wasdiun/Mahbib)