Daerah

Orang Tua Hendaknya Perhatikan Gizi Seimbang Anak

Rab, 30 Januari 2019 | 11:30 WIB

Surabaya, NU Online
Ada banyak cara dan kegiatan yang bisa dilakukan untuk menandai satu peringatan. Inilah yang dilakukan para mahasiswa Program Studi (Prodi) Gizi, Fakultas Kesehatan (FKes) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), di TK Khadijah, Surabaya, Jawa Timur.

Dalam rangka memperingati hari gizi dan makanan nasional 25 Januari, mereka mendatangi dan mengajak siswa Sekolah Taman Kanak-kanak (TK) beserta orang tua untuk memahami tentang pentingnya gizi seimbang. Para mahasiswa menggelar kegiatan fun cooking dan mewarnai. 

Melalui kegiatan ini diharapkan anak dan orang tua memahami tentang pentingnya gizi seimbang. “Makanan dan minuman dengan kandungan gizi dalam keadaan alami berperan penting bagi tumbuh kembang anak,” kata Nisa’ Hidayat, Rabu (30/1). Gizi seimbang dibutuhkan tubuh dan dapat diserap dengan baik oleh sistem pencernaan, lanjut Ketua Himpunan Mahasiswa Gizi Unusa tersebut.

Melihat peran gizi seimbang inilah, para mahasiswa mensosialisasikan gizi seimbang dengan menggelar kegiatan fun cooking dan mewarnai. “Kami mengambil momentum hari gizi nasional ke-59 tahun 2019 ini,” ungkapnya. 

Sedangkan sub temanya adalah Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif dan slogan Gizi Seimbang, Prestasi Gemilang. “Kami menginisiasi sosialisasi akan pentingnya gizi seimbang,” jelas Nisa’.

Selain menggelar fun cooking dan mewarnai, para mahasiswa juga melakukan pengukuran antropometri, yakni pengukuran berat dan tinggi badan anak, untuk mengetahui tumbuhkembang anak ideal. 

Para mahasiswa berharap melalui pengenalan akan bahan makanan dan bagaimana cara memasak yang benar pada orang tua serta mewarnai jenis makanan sehat untuk anak-anak. “Kesadaran terhadap pentingnya gizi seimbang dapat tersampaikan dengan baik,” terangnya. 

Ketua Program Studi Gizi Unusa, Rizki Nurmalya Kardina yang mendampingi mahasiswa mengungkapkan, setiap orang tua pasti mendambakan buah hatinya tumbuh sehat dan cerdas hingga dewasa. “Untuk mencapai target tersebut, tentu orang tua membutuhkan dan menerapkan strategi tepat. Salah satunya pemenuhan gizi seimbang sejak dini,” terangnya.

Dalam pandangannya, masa pertumbuhan anak membutuhkan berbagai jenis zat gizi yang terdiri dari makronutrein dan mikronutrien. Makronutrien mencakup karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan makronutrein mencakup berbagai vitamin dan mineral di berbagai jenis pangan. 

“Berbagai jenis zat gizi ini perlu dicerna dan diserap sengan sempurna oleh saluran pencernaan," kata dosen mata mata kuliah Kesehatan dan Gizi Anak tersebut.

Dijelaskannya, gizi seimbang juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh si kecil. Sebab, bisa dapat terserap dengan sempurna dan mudah dicerna saluran pencernaan anak. 

“Dulu kita mengenalnya dengan gerakan empat sehat lima sempurna, sekarang diubah menjadi gizi seimbang. Gizi seimbang karena mudah dicerna, proses penyerapan juga berlangsung dengan lebih baik sehingga seluruh zat gizi yang masuk diserap seluruhnya,” katanya. 

Karena itu, tambahnya, ada baiknya orang tua mulai mencermati makanan dan minuman untuk si kecil dan memilih yang mengandung gizi dalam keadaan alami. 

Untuk mengetahui status gizi dan kesehatan anak secara menyeluruh dapat dilihat mulai dari penampilan umum seperti berat badan dan tinggi badan, tanda-tanda fisik, motorik, fungsional, emosi dan kognisi anak. 

“Berdasarkan pengukuran antropometri, maka anak yang sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi dikaitkan dengan kecukupan asupan makronutrien, kalsium, magnesium, fosfor, vitamin D, yodium dan seng,” katanya.

Selain itu, pesan Rizki Nurmalya, orang tua harus mengetahui fase pertumbuhan anaknya sedini mungkin. Karena, kondisi kesehatan yang dialami anak berpengaruh terhadap pertumbuhannya. Pada usia 0-6 tahun anak mengalami pertumbuhan cepat. Usia 6-2 tahun pertumbuhannya datar. Sementara pada usia 12-18 tahun anak mengalami pertumbuhan cepat. 

Sedangkan pada usia 0-6 tahun pertumbuhan otak anak mencapai 95 persen. Di atas usia 6 tahun, perkembangan otaknya hanya lima persen. 

“Karena itu, usia 0-6 tahun merupakan fase penting bagi anak atau windows of opportunity. Pada masa ini nutrisi dan eksperimen orang tua dibutuhkan anak," tandasnya. (Ibnu Nawawi)