Surabaya, NU Online
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya terus berbenah. Sejumlah ikhtiar dilakukan dengan sangat serius demi meningkatkan kualitas lulusan melalui pengembangan berbagai sertifikasi profesi. Hal tersebut penting guna menyiapkan para lulusan agar berkompetensi dan siap pakai.
“Alhamdulillah, Lembaga Sertifikasi Profesi atau LSP Unusa mendapatkan lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) pada 28 Maret 2019,” kata Kacung Marijan, Sabtu (20/4).
Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unusa tersebut menjelaskan bahwa saat ini sudah ada delapan skema yang bisa disertifikasi LSP Unusa. Yakni Bahasa Inggris Keperawatan Vokasi, Bahasa Inggris Keperawatan Generalis, Teknisi Akuntansi Ahli, Teknisi Akuntansi Ahli Syariah, Ahli K3 Madya, Auditor Madya Teknologi Informasi, Analis Program dan Kepala Cabang/Manajer Koperasi Jasa Keuangan.
“Sertifikasi profesi bisa dilakukan setelah lulus maupun saat kuliah, asalkan memenuhi persyaratan tertentu,” jelas guru besar di Universitas Airlangga Surabaya tersebut. LSP Unusa juga bisa memberikan sertifikasi profesi kepada mahasiswa dari perguruan tinggi lain yang menjadi mitra, lanjutnya.
Menurut Profesor Kacung, meski sudah lulus kuliah belum tentu seorang wisudawan memiliki kompetensi untuk bekerja. “Oleh karenanya sertifikasi profesi ini memberi kekuatan bagi mahasiswa untuk bersaing dan siap kerja,” ungkapnya.
Dengan demikian, begitu lulus, mereka sudah bisa langsung bekerja. “Misalnya menjadi Kepala Cabang/Manajer Koperasi Jasa Keuangan, karena sudah memiliki kompetensi di bidang tersebut sesuai sertifikasi profesi yang diambilnya,” katanya.
Pada hari yang sama, Unusa menggelar wisuda. Dari 81 wisudawan, ada empat wisudawan yang sudah mengantongi sertifikasi profesi. Salah satu wisudawan terbaik Unusa 2019, yakni Maria Trykurniati Maju dari S1 Keperawatan, kini sedang menjalani profesi ners selama setahun.
“Saya sangat senang kuliah di Unusa yang mayoritas Muslim. Awalnya saya minder karena kuliah di antara mahasiswi berhijab,” akunya.
Tapi dalam pandangannya, ternyata mahasiswa di kampus ini sangat terbuka, bahkan sangat mendukung. “Kami biasa belajar dan diskusi bersama di kos saya yang nonmuslim,” kata mahasiswi asal Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur itu.
Maria merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) di sebuah Puskesmas Labuan Bajo. Ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah pusat setempat untuk kuliah S1 keperawatan di Unusa.
Setelah lulus profesi ners tersebut dirinya akan menerapkan ilmu yang sudah ditempuh ke tempat asalnya. “Setelah lima tahun mengabdi, saya ingin kembali meneruskan pendidikan S2 di Unusa,” tandas ibu dua putra ini.
Direktur Akademik dan Kemahasiswaan Unusa, Umdatus Saleha mengemukakan kampus sudah menyiapkan para wisudawan dengan bekal dan ilmu sesuai jurusan yang ditempuh. Mereka diberi keterampilan dasar dan soft skill berkompetensi agar mampu bersaing di pasar kerja.
Keterampilan lain juga diajarkan. Misalnya kemampuan berkomunikasi, pemanfaatan teknologi informasi, serta berkarakter dan berintegritas. “Mahasiswa harus diberi ruang untuk mengembangkan kreativitasnya, supaya bisa berkembang dan mengasah kemampuan dan daya kritis, serta meningkatkan kemampuan dalam bekerja secara tim,” paparnya.
Kabar baiknya, Unusa memiliki lembaga khusus untuk menyalurkan lulusan agar bisa diserap di dunia kerja, yakni Unusa Career Center (UCC). Fungsinya membekali mahasiswa serta lulusan agar siap bersaing di dunia kerja.
“Mereka bakal mengikuti workshop dan seminar penyusunan curiculum vitae, pelatihan teknik wawancara kerja, sekaligus memberi informasi lowongan pekerjaan,” pungkasnya. (Ibnu Nawawi)