Daerah MAULID NABI

Pelajar NU Pacitan Kaji Islam Nusantara

Sel, 29 Desember 2015 | 15:03 WIB

Pacitan, NU Online
Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU Pacitan menggelar pembacaan Barzanji dan shalawat dalam rangka memperingati maulid Nabi Muhammad SAW di Gedung MUI, Pacitan, Senin (28/12) malam. Pada kesempatan ini mereka mengangkat Islam Nusantara sebagai bahan kajian.
<>
Ketua IPNU Pacitan Amrudin mengatakan, pasca-Muktamar Ke-33 NU di Jombang warga NU tidak asing lagi dengan istilah Islam Nusantara. Sebuah istilah yang merujuk pada Islam yang menjaga dan menjunjung tinggi kebudayaan Indonesia. "Pada kesempatan ini Islam Nusantara akan kita kaji agar keyakinan kita semakin bertambah kuat," ujarnya.

Ketua PCNU Pacitan KH Mahmud mengingatkan bahwa tantangan NU ke depan bukan lagi hanya menghadapi paham keagamaan yang tidak mau melakukan amaliyah maulid nabi. Tetapi tantangan berat yang harus dipikirkan adalah perihal pendidikan karakter, masalah ekonomi, dan paham radikalisme.

"Hanya NU dengan budaya Islam Nusantara-nya yang menjadi satu-satunya benteng pertahanan di Indonesia, yang mampu menjaga dan menghadapi tantangan itu," jelas dosen STAINU Pacitan itu.

Sementara Katib Syuriyah PBNU KH Luqman Harits mengajak generasi muda NU untuk memahami dan menjaga tradisi Islam Nusantara. Membaca Barzanji merupakan warisan ulama Nusantara. “Kitab Barzanji itu asli NU, di pesantren seperti Tremas, Tebuireng, semuanya masih memakai Barzanji ini,” jelasnya.

Koordinator gerakan nasional Ayo Mondok itu mengatakan, banyak shalawat dan syair dalam kitab Barzanji yang oleh kebanyakan masyarakat bahkan para santri masih dibaca dengan ala kadarnya tanpa memperhatikan tata cara membaca seperti yang telah diwariskan oleh ulama Nusantara terdahulu.

“Ulama terdahulu sangat memperhatikan kaidah dan keindahan dalam membaca shalawat. Sehingga shalawat yang dibaca dengan kaidah yang benar akan mudah merasuk di dalam hati,” imbuhnya.

Pengasuh Pesantren Tremas Pacitan itu mengajak hadirin untuk selalu menjaga tradisi warisan ulama Nusantara yang sampai saat ini masih sangat relevan untuk dilakukan. (Zaenal Faizin/Alhafiz K)