Pelantikan PMII Komisariat Dihadiri 3 Bacabup
NU Online · Ahad, 20 Desember 2009 | 06:16 WIB
Seminar dan Pelantikan Pengurus Komisariat PMII Sekolah Tinggi Agama Islam
Al-Qodiri, Jember, Jawa Timur, benar-benar surprize, Ahad (20/12). Betapa tidak, pelantikan pengurus organisasi penyangga NU di tingkat komisariat itu, dihadiri tiga bakal calon bupati/wakil bupati sekaligus.
Mereka adalah Guntur Ariyadi, Bagong Sutrisnadi dan KH. Abdullah Syamsul Arifin (Gus A'ab). Dua nama pertama, saat ini fotonya dalam ukuran besar menghiasi jalan-jalan di Jember. Keduanya juga tengah bersaing ketat untuk mendapatkan rekomendasi dari DPP Partai Demokrat. Sedangkan yang disebut terakhir, menjadi rebutan beberapa bakal calon bupati untuk diajak bersanding
dalam Pilkada Juni 2010 mendatang.<>
Namun demikian, Gus A'ab menolak pelantikan itu sebagai ajang kampanye terselubung. "Lho Saya bukan untuk kampanye. Saya hadir di sini dalam kapasitas Saya sebagai Ketua NU," tukasnya kepada NU Online sebelum acara dimulai.
 Â
Kendati demikian, Gus A'ab menilai wajar-wajar saja orang memanfatkan warga NU untuk pengenalan bagi orang yang mau berlaga dalam ajang politik. Sebab, NU mempunyai segmen anggota yang banyak dan di Jember mayoritas. "Tidak ada masalah. Tidak haram mereka datang di acara seperti ini," ujarnya.
Acara itu sendiri digelar di lantai dua STIKES Al-Qodiri Jember. Fauzan Umar dilantik sebagai Ketua PMII periode 2009-2010, oleh ketua umum PMII Cabag Jember, Maman. Selesai pelantikan, acara dilanjutkan dengan seminar tentang pendidikan.
Guntur yang mendapat gilrian pertama menyampaikan makalah, menegaksan bahwa pesantren merupakan inti kekuatan pendidian Islam. Banyaknya tindakan amoral yang terjadi di tanah air menjadi salah satu bukti ketidakmampuan dan ketidakberdayaan pendidikan persekolahan selama ini.
"Itulah sebabnya, kita sangat butuh pesantren sebagai pendidikan alternatif yang terbukti dan teruji menjadi bengkel moral," lanjutnya.
Sedangkan Gus A'ab menandaskan, pesantren harus tetap mempertahankan ciri khasnya sebagai pandidikan salaf meski perlu juga mengembangkan sistem pendidikan modern.
"Karena ciri khas pessntren pendidikan salafnya. Dan itu yang menjadi kunci pendidikan moral," cetusnya.
Sementara Bagong, lebih banyak mengupas peranan pesantren dalam menyumbangkan pemimpiun-pemimpin berkwalitas di negeri ini (ary).
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
3
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
4
Operasional Haji 2025 Resmi Ditutup, 3 Jamaah Dilaporkan Hilang dan 447 Meninggal
5
PBNU Terima Audiensi GAMKI, Bahas Isu Intoleransi hingga Konsensus Kebangsaan
6
Kisah Di Balik Turunnya Ayat Al-Qur'an tentang Tuduhan Zina
Terkini
Lihat Semua