Daerah

Pemberdayaan Warga dengan Program 'Kambing Bergulir'

Kam, 15 Agustus 2019 | 16:45 WIB

Pemberdayaan Warga dengan Program 'Kambing Bergulir'

NU Care LAZISNU Kecamatan Karangjati Kabupaten Ngawi, Jawa Timur membuat program perdayakan warga dengan 'Kambing Bergulir'

Ngawi, NU Online
Pemberdayaan kepada masyarakat merupakan hal yang kerap didengar. Namun dalam pelaksanaannya tidaklah mudah. Selain harus mempunyai konsep yang matang, juga dibutuhkan penggerak yang aktif supaya dapat mewujudkan pemberdayaan itu sendiri.
 
Perlu diketahui bahwa pemberdayaan dapat dilakukan oleh kelompok ataupun perseorangan. Inti dari kegiatan tersebut adalah realisasi yang nyata dan bermanfaat bagi masyarakat yang diberdayakan.
 
Nahdlatul Ulama memiliki banyak badan otonom (Banom) dan lembaga. Dari sekian Banom dan lembaga tidak sedikit yang telah melakukan pemberdayaan, baik yang dilakukan secara berkelompok ataupun oleh kader secara mandiri.
 
Salah satu lembaga yang telah melakukan pemberdayaan kepada masyarakat yakni Majelis Wakil Cabang (MWC) lewat NU Care LAZISNU Kecamatan Karangjati Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Pemberdayaan yang dilakukan adalah program perekonomian produktif bernama Kambing Bergulir.
 
Ketua LAZISNU Karangjati, Mujiono menerangkan bahwa pemberdayaan dengan konsep kambing bergulir telah dimulai sejak tahun 2017 lalu. Program ini pertama kali dipelopori Sholihin dan Abdul Azis. 
 
"Sudah dua tahun setengah kambing bergulir di Karangjati berjalan," terangnya kepada NU Online, Selasa (14/8).
 
Kambing Bergulir merupakan program yang dilaksanakan oleh MWC LAZISNU Karangjati dengan tujuan untuk memberdayakan masyarakat, khususnya bagi warga Nahdliyyin setempat. Awal mula berdirinya program tersebut berawal dari dana yang dikumpulkan melalui Kotak Infaq (Koin) NU.
 
"Dulu, saya dan beberapa teman di sini berinisiatif untuk melakukan pemberdayaan melalui kambing, kami beri nama ‘Kambing Bergulir’, modal awal kita dapatkan dari infak yang terkumpul dari Koin NU," paparnya.
 
Mujiono menjelaskan pada tahun 2017 kambing yang dimiliki berjumlah 39 indukan yang diberikan secara bertahap. Seiring berjalannya waktu, selama dua tahun ternyata jumlahnya bertambah cukup banyak, yakni mencapai 167 ekor kambing.
 
Sistem yang diterapkan dalam pemberdayaan kambing bergulir yaitu, kambing diserahkan kepada masyarakat yang mempunyai kemauan dalam mengurusnya supaya diternak. Namun, dalam menernak ada batasan yang telah disepakati, ketika sudah dua kali peranakan induk kambing tersebut dipindahkan untuk dirawat oleh orang lain yang membutuhkan.
 
"Selama dua tahun setengah perjalanan kambing bergulir ini tentunya ada permasalahan, namun dapat ditangani dan akhirnya membuahkan hasil, masyarakat yang diberdayakan juga senang karena dapat menernak kambing tanpa harus membelinya," tuturnya.
 
Selama proses pemberdayaan berlangsung, penerima bantuan mendapat bimbingan oleh pengurus Lazisnu setempat. Selain untuk memberikan pengarahan, pihaknya juga siap menerima masukan baik dari pihak penerima ataupun masyarakat sekitar untuk kemajuan program tersebut.
 
Hal menarik lain dari program tersebut yakni hasil ternak yang dihasilkan tidak diperbolehkan untuk dijual semua. Namun harus ada laporan terlebih dahulu kepada penanggungjawab divisi perkambingan yang telah ditentukan guna dilakukan survei. Tujuannya untuk memastikan hasil penjualan dari hewan digunakan untuk hal yang bermanfaat.
 
"Anak kambing tidak boleh dijual secara keseluruhan agar anak kambing tersebut tidak habis pakai dan bisa berkembang terus bagi masyarakat yang menerima, LAZISNU Karangjati tidak meminta hasil tersebut sama sekali guna memaksimalkan hasil dalam memelihara kambing, yang terpenting sebelum menjual kambing tersebut harus melaporkan kepada divisi perkambingan agar bisa mengecek menjual kambing untuk kemanfatan bukan untuk hal yang tidak ada manfaatnya," tutupnya. (Wahyu Akanam/Zunus)