Daerah

Penggerak Gusdurian Mojokutho Pare Dirikan Rumah Kemanusiaan untuk Lansia

Kam, 22 Desember 2022 | 19:30 WIB

Penggerak Gusdurian Mojokutho Pare Dirikan Rumah Kemanusiaan untuk Lansia

Aktivitas di Sanggar Lansia Kus Nugroho, rumah kemanusiaan yang didirikan Gusdurian Mojokutho Pare Kediri, Jawa Timur. (Foto: Antok Anugrah)

Kediri, NU Online

Tidak banyak yang kuat untuk merawat orang lanjut usia, apalagi hingga mendirikan rumah kemanusiaan untuk mereka. Namun, peningkatan kualitas hidup para lansia ini justru menjadi fokus dari gerakan Gusdurian Mojokutho Pare Kediri, Jawa Timur.


Arwina, Koordinator Bidang pendidikan Gusdurian Mojokutho Pare yang juga relawan di sanggar lansia, menceritakan awal mula berdirinya sanggar lansia yang bertempat di pasar loak, Kelurahan Pare, Kecamatan Pare.


Rumah kemanusiaan ini dikenal dengan Sanggar Lansia Kus Nugroho didirikan oleh Koordinator Gusdurian Mojokutho Pare, Kediri Antok Falensianus Anugrah. 

 

"Sanggar lansia ini dikenal Rumah Kemanusiaan Gusdurian karena yang berkecimpung, beraktivitas setiap hari, dan mendampingi mbah-mbah di sanggar adalah para relawan Gusdurian," tutur Arwina kepada NU Online, Rabu (21/12/2022).


Dikatakan Wina, sejak pertama dirintis, Gusdurian Pare memiliki kegiatan yang mengedepankan kemanusiaan dan advokasi pendampingan, terutama pendampingan kepada lansia yang sudah ndeprok atau duduk di tanah di sembarang tempat.


"Kami fokus kepada lansia yang terpinggirkan, tak punya identitas, tidak bisa apa-apa. Kami yang mendampingi, merawat, menemani mereka," katanya.


Suka duka rawat lansia

Sembilan tahun merawat lansia bukanlah perkara mudah. Terlebih hal-hal yang berkaitan dengan administrasi negara kerap menyulitkan mereka (lansia) yang tak memiliki identitas. 


"Mendampingi mereka terkait administrasi, mengurus Jamkesmas, mendampingi vaksinasi Covid-19. Karena kan syarat vaksin harus ada identitas KTP sementara mereka tidak punya," kata Wina.


"Kemarin beberapa mbah (lansia) di sanggar tidak punya identitas untuk kepengurusan bantuan sosial (bansos). Jadi kami mengurusi pencatatan ke dinas sosial dan Disdukcapil Kediri. Petugas akhirnya datang melakukan pencatatan identitas yang ada di sanggar lansia," bebernya.


Jejaring dengan banyak relasi

Arwina berkisah dirinya dan relawan lain sempat bingung saat mengurus lansia yang meninggal dunia. Namun, berkat relasi yang dibangun penggerak Gusdurian hal itu memudahkan pengurusan jenazah.


"Jadi kemarin ada mbah-mbah lansia di sanggar yang meninggal. Beberapa dari kami Muslim dan Katolik, jadi nggak tahu pengurusan umat agama Hindu itu seperti apa. Kami sambungkan ke pengurus agama Hindu dan kami serahkan ke mereka pengurusan jenazahnya," ujarnya.


Pengelolaan sanggar tanpa proposal

Dijelaskan Arwina, sanggar yang dirintis sejak 2014 ini tidak memiliki donatur tetap namun seiring berjalannya waktu banyak relawan yang datang memberikan bantuan dalam bentuk barang.


"Tidak punya, tapi orang baik yang datang banyak. Ada dari korporasi air minum biru  karyawannya setiap tahun menyisihkan dana bantuan sosial kemanusiaan. Mereka rutin memberikan bantuan seperti kursi roda karena memang ada lansia yang lumpuh, sakit parah, tunanetra, dan bisu," jelas Wina.


Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan