Daerah

Pentingnya Kehadiran Ormas Islam Mainstream di Indonesia

Ahad, 26 Januari 2020 | 13:00 WIB

Pentingnya Kehadiran Ormas Islam Mainstream di Indonesia

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu, Lampung H Taufik Qurrahim memaparkan kebijakan NU dalam memerangi radikalisme pada Akademi Dai Wasathiyah (ADW). (Foto:NU Online/Faizin)

Pringsewu, NU Online
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu, Lampung H Taufik Qurrahim menegaskan bahwa eksistensi organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam mainstream seperti NU dan Muhammadiyah sangat vital dan membantu pemerintah dalam mewujudkan kemaslahatan bangsa Indonesia. 
 
Ormas-ormas ini sudah terbukti dalam sejarah panjang perjalanan bangsa Indonesia memiliki andil besar dalam mempertahankan dan mewujudkan negara yang damai dan sejahtera.
 
"Prinsip NU dalam kehidupan bernegara adalah mempertahankan PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945) karena merupakan kesepakatan seluruh komponen bangsa," katanya saat bersama ketua Ormas di Pringsewu memaparkan kebijakan NU dalam memerangi radikalisme pada Akademi Dai Wasathiyah (ADW) di gedung NU Pringsewu, Ahad (26/1).
 
NU juga akan selalu taat dan patuh kepada pemerintah, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama. NU juga lanjutnya, tidak melakukan pemberontakan atau kudeta dan bila terjadi penyimpangan dalam pemerintah, maka NU akan mengingatkannya dengan cara yang baik.
 
"Tidak ada cerita dan sejarahnya warga NU atau Muhammadiyah terlibat dalam aksi terorisme. Saat ini Ormas mainstream di Indonesia menjadi panutan dunia," ungkapnya pada acara bertemakan Moderat dalam Beragama, Maslahat dalam Berbangsa ini.
 
Langkah PCNU Pringsewu sendiri dalam menghadapi radikalisme adalah dengan terus menanamkan kecintaan generasi muda pada agama dan bangsa. Penguatan Ahlussunah wal Jamaah juga terus ditumbuhkan untuk menangkal paham transnasional yang terus melakukan penetrasi dengan kuat.
 
Permasalahan radikalisme dan ekstremisme menjadi tugas semua elemen masyarakat. Dengan kepedulian dan komitmen yang kuat, ia optimis mampu membentengi masyarakat dari pengaruh radikalisme.
 
"Kepedulian dan gotong royong harus terus ditanamkan pada setiap individu di tengah terkikisnya budaya kebersamaan di tengah-tengah masyarakat," ungkapnya.
 
Fenomena keikhlasan saling membantu tanpa imbalan memang menurutnya sudah mulai terkikis. Sudah terlihat masyarakat yang sudah tidak kenal dengan tetangganya. Sudah nyata masyarakat yang meminta bayaran ketika tetangganya memiliki hajat.
 
"Padahal pintu masuk paham ekstremis adalah melalui sikap eksklusivisme, tertutup dan tidak suka bersosialisasi. Ketika suatu daerah tidak saling kenal mengenal, maka kelompok-kelompok teroris bisa masuk dengan mudah," katanya.
 
Menurutnya jika intensitas masyarakat berkumpul dan saling peduli dengan yang lain semisal melalui Majelis Yasinan, Manakiban, Shalawatan, dan lain-lain maka ketika ada orang baru di lingkungannya yang akan melakukan hal negatif dengan gampang bisa diidentifikasi.
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin