Daerah

Persahabatan Pendiri NU-Muhammadiyah Harus Menjadi Contoh bagi Anggotanya

Jum, 6 Maret 2020 | 19:00 WIB

Persahabatan Pendiri NU-Muhammadiyah Harus Menjadi Contoh bagi Anggotanya

Suasana silaturrahim antara PC GP Ansor dan Pengurus Daerah Pemuda Muhammadiyah Lumajang di Kantor Ansor Lumajang, Jalan Musi nomor 9, Lumajang. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Lumajang, NU Online

Di tengah ancaman ketegangan antara NU dan Muhammadiyah akibat terjadinya gesekan dua ormas tersebut karena penolakan Muhammadiyah terhadap kegiatan NU di salah satu masjid di Yogyakarta beberapa hari lalu, kabar sejuk justru berembus dari Lumajang, Jawa Timur.

 

Kabar sejuk itu berupa pertemuan silaturrahim antara Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (PC GP) Ansor dan Pengurus Daerah Pemuda Muhammadiyah Lumajang di Kantor Ansor Lumajang, Jalan Musi nomor 9, Lumajang, Kamis (5/3).

 

Pertemuan yang dihadiri dihadiri masing-masing pengurus lengkap tersebut, sangat cair dan akrab.

 

Menurut Ketua PC GP Ansor Lumajang, H. Fahrur Rozi, pertemuan tersebut mempunyai makna yang sangat penting bagi persahabatan antara kedua ormas tersebut. Ia berharap agar, pertemuan silaturrahim itu dapat menginspirasi daerah lain untuk mencipatkan suasana kodusif, khususnya di kalangan NU–Muhammadiyah.

 

“Kasus itu rawan. Jika tak diredam, seperti korek api meskipun kecil tapi bisa menghanguskan segalanya,” ujarnya.

 

Karena itu, Gus Eros, sapaan akrab H. Fahrur Rozi, menekankan pentingnya pertemuan silaturrahim untuk memberi tahu dunia bawa NU-Muhammadiyah akur.

 

“Kami harus memulai silaturrahim ini untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa NU-Muhamadiyah berada dalam jalinan persahabatan yang begitu erat,” ucapnya.

 

Alumnus Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo itu menambahkan, sebenarnya tidak ada alasan bagi NU-Muhammadiyah untuk bersitegang. Sebab, pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan bersahabat dengan pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari. Selain bersahabat akrab, dua tokoh besar ini mempunyai guru yang sama.

 

“Artinya NU-Muhammadiyah dipertemukan dalam gurunya guru yang sama. Makanya kenapa mesti tidak rukun. Tidak ada alasan untuk tidak rukun. Semoga persahabatan kedua tokoh itu dapat memicu anggota dan pengurus NU-Muhammadiyah untuk bersatu,” tambahnya.

 

Sementara itu, Ketua Pengurus Daerah Pemuda Muhammdiyah Lumajang, Agus Rahmat Setyabudi, berharap agar kasus di Yogyakarta itu, tidak memancing daerah lain untuk ‘berpartisipasi’.

 

"Kita meminta kepada PW Muhammadiyah, agar gesekan di Yogja bisa segera dituntaskan," ujarnya seraya menambahkan bahwa di Lumajang NU dan Muhammadiyah tidak masalah.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Muhammad Faizin