Daerah HARI SANTRI 2019

Pesantren Al-Hidayat Gerning Cetak Santri Pengusaha Roti

Sab, 5 Oktober 2019 | 13:30 WIB

Pesantren Al-Hidayat Gerning Cetak Santri Pengusaha Roti

Produksi roti oleh santri Pesantren Al-Hidayat Gerning, Pesawaran, Lampung. (Foto: NU Online/Faizin)

Pesawaran, NU Online
Berbicara tentang santri tak kan lepas dari sosok pemburu ilmu agama yang sedari dini berhadapan dengan para kiai, memiliki tekad mampu hidup mandiri, dan siap beradaptasi dengan lingkungan dalam berbagai situasi dan kondisi. Pesantren sebagai wahana kawah candra dimuka penggemblengan para santri menjadi tempat penting dalam memulai kehidupan yang sebenarnya.

Selain bekal pendidikan di pesantren yang akan menjadikan sosok santri berjalan sesuai pada rel dan ketentuan agama, pesantren di era saat ini juga dituntut membekali para santri dengan life skill (keterampilan hidup) untuk mampu bersaing dalam meraih rezeki bagi keberlangsungan hidup mereka.

Inilah yang menjadi perhatian salah satu pesantren di Kabupaten Pesawaran, Lampung yang membekali santrinya dengan jiwa kewirausahaan. Adalah Pondok Pesantren Al-Hidayat, Gerning yang didirikan oleh KH Ahmad Abrori Akwan (alm) pada 1980 yang mengajarkan usaha ekonomi pada santrinya dengan produksi roti. 

Roti hasil produksi para santri ini diberinama Roti Santri. Untuk memastikan kehalalannya, Roti Santri saat ini sudah mendapatkan sertifikat halal dari Lembaga Pengkajian Pangan dan Obat-obatan (LPPOM) MUI Provinsi Lampung Nomor: 02100013650519.

Produksi Roti Santri ini berawal ketika Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Lampung melakukan kerja sama pendampingan usaha bidang manajamen dan pengelolaan termasuk peralatan bagi pondok pesantren. Pesantren Al-Hidayat menjadi percontohan di Lampung dengan membidangi produksi roti.

Walau masih terbilang baru dimulainya produksi roti ini yakni pada bulan November 2018, namun daerah pemasaran Roti Santri sudah cukup luas. Selain untuk pemenuhan kebutuhan santri dan masyarakat Desa Gerning dan sekitarnya, Roti Santri ini telah menjangkau kabupaten dan kota di Provinsi Lampung. Di antaranya Bandar Lampung, Pringsewu, Lampung Tengah dan Tanggamus.

Untuk menjaga kualitas produksi, tidak semua santri dilibatkan dalam proses produksi. Hanya santri yang benar-benar memiliki kemampuan dalam bidang tata boga yang diberi kepercayaan menangani produksi Roti Santri. 

"Setiap hari kami memproduksi roti sekitar 150-350 biji. Biasanya kalau pas sambangan (kunjungan wali santri) sebulan sekali, banyak wali-wali murid yang pesen sebelumnya. Sehingga pembuatan pada saat itu juga bertambah dan para santri yang bekerja di rotian juga bertambah sibuk," kata Ketua Manajemen Roti Santri Dinda Ismi Fitriani, Sabtu (5/10).

Saat ini menurut santri putri asal GPM Lampung Tengah ini, sebanyak 15 santri yang terdiri dari 9 putri dan 6 putra yang mendapat kepercayaan mengurus segala hal terkait produksi.

Salah satu Pengasuh Pesantren Al-Hidayat, Gus Mahfudz menjelaskan kepada NU Online bahwa pemberdayaan santri pondok pesantren menjadi penting saat ini dalam rangka mendorong para santri agar memiliki kemandirian. Lebih dari itu juga dapat menjadi menyejahterakan santri dan masyarakat.

"Pemberdayaan usaha dan ekonomi pondok pesantren menjadi pilihan tepat di lingkungan pesantren. Kami ingin santri kami tidak hanya mapan ilmu agamanya, juga mapan perekonomiannya," harapnya.

Sekilas Pesantren Al-Hidayat

Pesantren Al-Hidayat saat ini diasuh oleh putra tertua Almarhum KH Ahmad Abrori Akwan yakni KH Ma'shum Abror. Di bawah asuhan Gus Maksum, sapaan karibnya, saat ini Pesantren Al-Hidayat terus berusaha memenuhi kebutuhan pendidikan pondok pesantren yang semakin maju dan komplek.

Pada tahun 2010, Pesantren Al-Hidayat mengembangkan sayapnya dengan mendirikan pendidikan formal yakni Madrasah Aliyah (MA). Pesantren Al-Hidayat juga memiliki cabang, yaitu Pesantren Tahfidz Hidayaul Qur’an yang khusus mendidik  anak-anak dari usia 6-12 tahun.

Adapun pendidikan yang diberikan kepada santri yakni Pendidikan Takhassus meliputi Tahfidzul Qur’an (menghafal al-Qur’an 30 Juz) untuk anak-anak, remaja dan dewasa, pengajian kitab-kitab salaf (kitab kuning) dengan metode bandongan dan  sorogan serta pengembangan kesenian Islami.

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Fathoni Ahmad