Daerah

Pesantren Jadi Benteng NKRI dari Ancaman Radikalisme 

Kam, 26 September 2019 | 02:00 WIB

Pesantren Jadi Benteng NKRI dari Ancaman Radikalisme 

Kegiatan selapanan Muslimat NU Demak, Jateng (Foto: NU Online/Shiddiq Sugiarto)

Demak, NU Online
Undang-undang Pesantren yang selama ini ditunggu tunggu kaum santri telah resmi disahkan anggota parlemen pada sidang paripurna di Senayan, Selasa (24/9) kemaren. 
 
Warga NU patut bersyukur dengan disahkannya Undang Undang tersebut dan berterimakasih pada wakil rakyat dan Fraksi PKB DPR RI selaku pemrakarsa Rancangan Undang Undang (RUU) atas amanat dari pesantren dan NU.
 
“UU Pesantren sudah disahkan, kita patut bersyukur dan terima kasih kepada wakil-wakil kita di Senayan dan Fraksi PKB selaku pemrakarsa RUU atas amanat NU,” kata Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muslimat NU Jawa Tengah Hj Ida Nur Saadah saat memberikan pengarahan pada 5.000 lebih anggota Muslimat NU Se Kecamatan Bonang Demak.
 
Dalam acara selapanan bertempat di Masjid Baitul Atiq Desa Moro Demak Kecamatan Bonang Kabupaten Demak Jateng, Rabu (25/9) Ida Nur Saadah menekankan pada anggota Muslimat NU bersama Badan Otonom (Banom) NU lainnya untuk tetap kompak dengan organisasi induknya yaitu NU.
 
"Muslimat dan banom NU lainnya harus kompak dan bersatu menjaga NKRI, karena UU Pesantren menyebabkan banyak yang tidak suka termasuk kelompok Islam garis keras karena dianggap kurang menguntungkan dan mereka akan tambah sulit untuk mengoyang Indonesia," jelasnya.
 
“Muslimat NU harus kompak dengan NU, jangan mudah terprovokasi oleh isu yg menyesatkan. Muslimat NU harus terus mengabdi dan berjuang untuk tegaknya aswaja di bumi Indonesia,” lanjutnya.
 
Dikatakan Ida, dengan disahkannya UU, keberadaan pesantren tidak lagi dipandang sebelah mata oleh pemerintaah. “semoga segera diimplementasikan, dengan adanya UU ini pesantren tidak lagi dipandang sebelah mata,” harapnya. 
 
Ketua NU ranting Moro Demak K Abdul Haris mengatakan, perjuangan ulama NU tidak ada batasnya sampai akhir jaman. Dengan akidah aswaja, maka dia mengajak muslimat untuk setia mengikuti perjuangan NU.
 
“Mbah Hasyim Asy'ari mendirikan NU dengan riyadlah, makanya ibu-ibu Muslimat NU harus setia nderekke kai NU,” tegasnya.
 
Acara rutinan selapanan diawali dengan bacaan ayat suci Al-Qur’an, tahlil, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Ya Lal Waton dan mars Muslimat NU, sedangkan istighotsah dipimpin Ketua PAC Muslimat NU Bonang Hj Channah.
 
Kontributor : A Shiddiq Sugiarto
Editor: Abdul Muiz