Daerah

Pilkada, Ulama Harus Ciptakan Suasana Kondusif

NU Online  ·  Selasa, 10 April 2018 | 23:00 WIB

Pilkada, Ulama Harus Ciptakan Suasana Kondusif

Ketua Umu MUI Bekasi KH Zamakhsyari Abdul Majid

Bekasi, NU Online
Dalam rangka pelaksanaan pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Bekasi pada 27 Juni mendatang, peran aktif ulama dan tokoh masyarakat sangat dibutuhkan, terutama untuk menciptakan suasana kondusif.

Demikian disampaikan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bekasi yang sekaligus Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Zamakhsyari Abdul Majid, di Kantor MUI, Islamic Center, Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan, Selasa (10/4).

"Kita berharap Pilkada berjalan damai di tengah heterogenitas konstituen. Maka para ulama, dalam hal ini NU dan MUI Kota Bekasi dipandang perlu untuk membuat maklumat agar pesta demokrasi berjalan lancar," katanya. 

Ia mengungkapkan bahwa Pilkada merupakan sarana untuk mengekspresikan hak politik warga masyarakat yang harus diapresiasi melalui peneyelenggaraan yang jujur, adil, bersih, dan berwibawa. 

"Pilkada jangan dikotori dengan politik uang dan kampanye hitam," tegasnya. 

Pilkada, lanjut Kiai Zamakhsyari, harus dijadikan momentum bagi penguatan sistem demokrasi dalam rangka memilih pemimpin daerah yang benar, adil, dan amanah. Pemimpin yang berorientasi mewujudkan masyarakat sejahtera lahir batin. 

"Seluruh pasangan calon Pilkada, tim sukses dan pendukung harus mampu menahan diri dan mengendalikan emosi untuk tidak melakukan provokasi, fitnah, isu SARA, dan tidak menyebarkan berita bohong (hoaks) yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan, Islam dan masyarakat," kata Pengasuh Pondok Pesantren Darul Quran, Setu, Kabupaten Bekasi itu. 

Terakhir, Kiai Zamakhsyari menekankan kepada para ulama, ajengan, ustadz, dan ustadzah untuk tetap istiqamah dalam menjalankan tugasnya membimbing umat ke jalan yang benar, yaitu menyuarakan amar ma'ruf nahi munkar

"Tokoh agama harus menjadi panutan umat, tidak terpengaruh dan terjebak ke dalam bujuk rayu politik adu domba yang provokatif, sehingga dapat menimbulkan kebencian dan perpecahan umat," pungkasnya. (Aru Elgete/Muiz)