Daerah

Pompa Semangat Berkhidmat Lewat Lailatul Ijtima' NU

NU Online  ·  Ahad, 23 Februari 2014 | 13:00 WIB

Jombang, NU Online
Tidak ada tanda-tanda bahwa hujan yang mengguyur kawasan Jombang akan berakhir. Sejak siang, mendung telah bergelanyut di langit kota santri. Dapat diperkirakan dalam hitungan jam mendatang, air akan tumpah. Di sejumlah lampu merah, tampak orang terlihat tergesa-gerasa berkendara dengan harapan bisa sampai tujuan tanpa harus basah kuyup.
<>
Benar saja. Sabtu sore itu (22/2) akhirnya langit tak lagi mampu menahan gumpalan awan, dan hujan mengguyur rata di seluruh kawasan Jombang. Soal hujan seperti ini mungkin bukan sebuah hal yang mengkhawatirkan. Apalagi kalau turun di akhir pekan. Justru akan banyak waktu untuk bersama keluarga.

Namun beberapa orang terlihat resah. Mereka adalah sejumlah panitia kegiatan lailatul ijtima' PCNU Jombang. Betapa tidak? Sejumlah fungsionaris dan jamaah NU dari sejumlah MWCNU akan hadir. Belum lagi para kiai dan pengurus PCNU Jombang yang akan memberikan berbagai informasi seputar NU, ibadah, akidah dan permasalahan jamaah yang melingkupi.

"Kami sangat khawatir," kata Ketua MWC NU Diwek, KH Fahmi Amrullah. Rasa waswas itu sangat beralasan lantaran para peserta lailatul ijtima' adalah para pengurus MWC NU di Kecamatan Jombang Kota, Megaluh, Tembelang, Bandarkedungmulyo, Gudo, Perak, serta Diwek selaku tuan rumah. Semua ada dikaresidenan yang sama.

Hal ini juga ditambah dengan mepetnya pemberitahuan kegiatan. "Maklum, ternyata waktu yang kami harapkan ternyata berbarengan dengan rencana Musyawarah Kerja Wilayah NU Jawa Timur," ungkapnya. Kendati dengan persiapan yang kurang optimal, segalanya dapat dilalui.

Masjid Ulul Albab menjadi lokasi kegiatan lantaran akan mampu menampung jamaah yang akan hadir dari 7 perwakilan MWCNU tersebut. Demikian juga faktor hujan dan efisiensi menjadi pertimbangan lain dari digunakannya masjid yang berada di lingkungan pesarean Pesantren Tebuireng ini.

Usai waktu shalat Isya' menjadi waktu yang benar-benar mendebarkan.Satu demi satu kendaraan yang datang menjadi pengobat rasa khawatir. Dari teras depan bangunan masjid, para panitia dan tuan rumah mengamati dengan seksama sejumlah kendaraan yang parkir. "Sempat tertipu juga lantaran yang masuk ke masjid untuk shalat Isya' ternyata rombongan peziarah," kata Mohammad Anwar yang dipasrahi membuka stand Majalah Nahdlah, media milik PCNU Jombang.

Dan satu demi satu motor lengkap dengan jas hujan parkir di depan masjid. Kala itu rasa bangga berbaur haru melingkupi panitia. Bangga lantaran dengan hujan yang tidak kunjung reda masih memiliki semangat untuk hadir di lailatul ijtima' ini. "Padahal tempat tinggal mereka lumayan jauh," tandas Muslimin Abdilla, Sekretaris PCNU Jombang. "Mereka adalah ujung tombak NU yang sesungguhnya," lanjutnya.

Dan dengan diawali shalat sunnah, pra acara dimulai. Lantunan kalimah thayyibah juga menjadi rutinitas sebelum lailatul ijtima' dibuka. Doa kepada leluhur, khususnya para pendiri NU dimunajatkan dengan harapan akan mendapat tambahan keberkahan hidup.

Seremonial kegiatan pun dilangsungkan. Peserta yang berada di aula utama masjid sudah cukup banyak. Jamaah laki-laki dan perempuan diatur secara terpisah.

Sekretaris PCNU Jombang memaparkan sejumlah persoalan keorganisasian kepada ratusan peserta yang hadir. Mantan pegiat LSM ini memaparkan hasil Musyawarah Kerja PCNU Jombang beberapa waktu dilangsungkan. Satu demi satu persoalan tersebut disampaikan dengan beberapa penjelasan yang dianggap perlu.

Pada saat yang sama, Cak Muslimin sapaan akrabnya juga memaparkan hal baru dari capaian PCNU Jombang periode 2012-2017 ini. Diantaranya keberadaan Majalah Nahdlah yang akan dikelola secara profesional. "Terbit secara rutin di awal bulan dan harus dibayar," katanya.

Demikian juga ia memaparkan hasil Rapat Tahunan Anggota Baitul Mal wat Tamwil atau BMT yang kini dimiliki NU Jombang. "Alhamdulillah perjalanannya ternyata melebihi perkiraan," terangnya. Hal itu terjadi lantaran para pengelola adalah profesional yang memiliki semangat dan dedikasi kepada NU dan warga.

KH Junaidi Hidayat lebih banyak memaparkan tantangan pendangkalan aqidah baik di sekolah, lingkungan bermain dan belajar bahkan hingga dampak hiburan. Wakil Rais Syuriah PCNU Jombang ini juga mengajak para hadirin untuk menyongsong keterbukaan informasi dan kebebasan dengan alasan demokratisasi melalui sikap hati-hati dan waspada.

Ketua PCNU Jombang tidak henti-hentinya mengajak para fungsionaris MWC yang hadir untuk terus berkhidmat dengan juga meningkatkan kehati-hatian. "Apalagi sebentar lagi kita akan memasuki musim pemilihan calon anggota legislatif," terang KH Isrofil Amar, MAg.

Dosen di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Peterongan ini juga mengingatkan bahwa ada dua kegiatan besar bagi NU Jombang. "Pertama adalah Muskerwil NU Jatim yang akan berlangsung 25-27 Februari di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas," terangnya. "Yang kedua adalah peringatan hari kelahiran NU yang ke 88 tahun pada bulan Maret mendatang," lanjutnya.

Kiai Isrofil berharap di seluruh MWC NU menggelorakan semangat ini dengan membuat spanduk di berbagai sudut kecamatan. "Agar seluruh warga NU di pelosok Jombang tahu dan memahami akan peristiwa yang akan berlangsung ini," ungkapnya.

Saat sesi tanya jawab terungkap berbagai persoalan yang dihadapi pengurus di tingkat kecamatan.  Ada masalah pengurusan sertifikat tanah, optimalisasi dan harapan terhadap keberadaan BMT NU, dan persoalan ibadah.

Doa menjadi penutup kegiatan ini. Para peserta masih bisa menikati soto sebagai santapan makan malam yang disediakan panitia.

Lailatul ijtima' memiliki makna stategis karena mampu memberikan semangat dalam berkhidmat kepada NU di masing-masing kecamatan hingga desa. Tidak terhindarkan juga saling berbagi pengalaman dan konsultasi berbagai persoalan yang tengah dihadapi. Bahkan tidak sedikit yang harus bertemu mantan sahabat lantaran terpisah sekian lama.

"Alhamdulillah lailatul ijtima' mempertemuka kita kembali mas," kata salah seorang peserta saat bersalaman dengan fungsionaris PCNU Jombang.

Diskusi secara tidak formal pun berlanjut sembari makan nasi soto yang masih panas. Di  barisan depan tempat para narasumber manggung mulai dibersihkan. Proyektor yang membantu pemaparan selama acara berlangsung, backdrop, karpet tempat jamaah duduk telah diturunkan. Sisa bungkus kue dan sampah lain juga tak luput dari perhatian. Sehingga masjid tempat dishalatkannya KH Abdurrahman Wahid ini pun bersih.

Tak terasa waktu memasuki jam 12 malam. Para peserta dan penguruspun akhirnya pulang ke kediaman masing-masing. Mereka akan bertemu kembali pada perhelatan Muskerwil PWNU Jatim di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas.

Juga siap-siap menggelorakan hari lahir NU ke 88 tahun dengan berbagai ucapan. Benar-benar malam yang mampu mencharge semangat baterai pengabdian yang mulai drop. Lailatul ijtima' yang membanggakan.(Syaifullah/Abdullah Alawi)