Kendal, NU Online
Pesantren merupakan tiang Nahdlatul Ulama. Selama masih ada pesantren yang mengajarkan Islam Ahlussunah wal Jamaah An-nahdliyyah, bendera NU masih akan tetap berkibar. Dan selama NU ada, maka bendera NKRI juga akan tetap tegak berdiri.
Demikian disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah HM Muzammil, saat memberikan sambutan pada Haflah Khotmil Qur'an dan Wisuda Santri Tahfidz angkatan ke-6 Pesantren Tahfidzul Qur'an Al Istiqomah Desa Penaruban, Weleri, Kendal, baru-baru ini.
Sebanyak 35 santri yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan juga provinsi lain diwisuda dari ponpes asuhan Kiai Ali Shodiqun.
“Kita patut bersyukur di sini masih ada pesantren Tahfidzul Qur’an. Kita tidak bisa membayangkan jika tidak ada pesantren bagaimana kita bisa belajar ilmu agama. Sementara di luar sana masih banyak yang butuh siraman-siraman rohani, kita tidak boleh hanya berdiam diri,” tegas Muzammil.
Menurutnya, negara akan diberkahi ketika empat hal ini dilaksanakan. Pertama, ajaran alim ulama diamalkan. Kedua, pemerintah berlaku adil. Ketiga, yang berkelebihan harta mau bersedekah. Keempat, yang miskin mau mendoakan yang lain.
“Manakala empat hal itu dijalankan secara proporsional sesuai fungsi dan perannya masing-masing, Insyaallah Indonesia akan aman dan tenteram,” imbuhnya.
Sementara itu, Gus Subkhan Aan Agoesta yang menyampaikan mauidhoh hasanah mengatakan, pendidikan di pesantren tidak bisa diukur dengan materi. Dia mencontohkan, para santri yang telah menghafal Al-Qur’an dan baru saja di wisuda sebagai calon waliyullah.
“Wisuda santri ini bukan hanya wisuda santri yang telah menghafal Al-Qur’an, tapi wisuda calon wali Allah. Karena syarat menjadi waliyullah itu, memiliki keimanan dan ketakwaan. Para santri yang telah menghafal Al-Qur’an ini Insyaallah sebagai perwujudan dari iman dan takwa,” terang Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Banjarejo, Blora.
Lebih lanjut, Gus Subkhan menambahkan, selama masih ada pesantren yang menjadi tiangnya NU, negara ini masih akan tegak berdiri. (Adib/Muis)