Daerah

Sambut Hari Santri, Pawai Budaya Religi Pacitan Diikuti Ribuan Orang

NU Online  ·  Ahad, 16 Oktober 2016 | 16:45 WIB

Pacitan, NU Online 
Semarak peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober mulai terasa di beberapa daerah di Indonesia. Di Pacitan, Jawa Timur, ribuan warga NU mengawali rangkaian peringatan Hari Santri dengan melakukan Pawai Budaya Religi, Ahad (16/10).

Pelepasan pawai dilakukan pada pukul 08.00 di halaman Pesantren Nahdlatussubban, Arjowinangun. Rombongan pawai dilepas Ketua DPRD Jawa Timur H Halim Iskandar disaksikan jajaran pengurus PCNU Pacitan.

Rombongan pawai melewati jalan protokol menuju alun-alun Pacitan. Ribuan massa yang terdiri dari Pengurus PCNU, Badan otonom NU, MWCNU se-Pacitan, anggota Banser (Barisan Ansor Serbaguna) dan siswa siswi Madrasah Ma’arif se-Pacitan dengan semangat melantunkan shalawat dan sesekali meneriakkan yel-yel, seperti "Dari Santri untuk negeri", "Siapa Kita, Warga NU", "NKRI Harga Mati" "Pancasila Jaya", Ulama Santri, Pejuang Sejati". 

Personel keamanan Polres Pacitan dibantu anggota Banser terpaksa melakukan sistem buka tutup kendaraan, pada jalur yang dilalui peserta pawai. Sepanjang jalan yang dilalui peserta pawai, masyarakat Pacitan tampak antusias menyambutnya hingga rombongan sampai alun-alun kota 1001 goa ini. Sesampainya di alun-alun, peserta pawai disuguhi penampilan kesenian reyog ponorogo dan pencak silat Pagar Nusa.

Sesampainya di alun-alun pacitan, selanjutnya dilakukan penyerahan pataka NU oleh Ketua DPRD Jawa Timur H Halim Iskandar, kepada ketua Hari Santri Pacitan Gus Muad Harits Dimyathi. Sebelumnya Pataka NU tersebut telah dikirab dari Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang menuju Pacitan pada Sabtu (15/10) malam. Selanjutnya, Pataka NU akan dikirabkan kembali dalam kegiatan Kirab Resolusi Jihad NU dari Pesantren Tremas menuju Alun-Alun Pacitan pada puncak peringatan Hari Santri 22 Oktober nanti.

Ketua DPRD Jawa Timur, H. Halim Iskandar, mengingatkan kembali tentang kronologis kenapa terjadi hari santri. Menurutnya, hari santri lahir dari semangat resolusi jihad NU yang dicetuskan oleh Hadratusyyekh Hasyim As'ari pada tahun 1945. Resolusi jihad NU akhirnya menggerakkan ribuan santri, khususnya di Jawa Timur untuk maju ke medan pertempuran dalam rangka melawan penjajahan.

"Oleh karena itu, wajib bagi kita sebagai warga negara Indonesia utamanya warga Nahdlatul Ulama untuk terus mengingat sejarah ini. Karena bagaimanapun tidak akan ada perang 10 November 1945, kalau tidak ada Resolusi Jihad NU,” jelas pria yang akrab disapa Pak Halim itu.

Perjuangan warga NU ke depan, imbuhnya, masih sangat panjang. Perjuangan menjaga dan mempertahankan keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia jauh lebih berat. Indonesia saat ini sedang diancam oleh kelompok-kelompok anti-Pancasila yang ingin merombak NKRI. Namun demikian, warga NU tidak boleh gentar. “Siapa pun yang ingin  merombak negara kesatuan Republik Indonesai yang sudah diperjuangkan oleh para ulama dan santri akan berhadapan dengan kader kader NU,” tandasnya.

Sementara itu, selain pawai budaya religi, selama sepekan ke depan panitia hari santri nasional Kabupaten Pacitan juga menyiapkan berbagai bentuk kegiatan, seperti Bazar UMKM warga nahdliyin, aksi sosial donor darah, panggung budaya religi soko papat, lomba kajian kitab kuning, lomba cipta puisi dan esai. 

“ Selain itu, pada puncak peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober akan digelar kirab resolusi jihad NU yang dilakukan dengan dengan jalan kaki dari Pesantren Tremas menuju alun-alun Pacitan, kemudaian ada Pembacaan 1 Miliar kali shalawat nariyah di seluruh pesantren dan MWCNU se-Pacitan, apel dan kirab hari santri serta pagelaran wayang kulit bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),” kata Ketua Hari Santri Pacitan Gus Muadz Harits Dimyathi. (Zaenal Faizin/Abdullah Alawi)