Daerah

Sambut KBM Tatap Muka, Pesantren Darul Falah Bondowoso Tingkatkan Adaptasi

Kam, 17 Desember 2020 | 04:00 WIB

Sambut KBM Tatap Muka, Pesantren Darul Falah Bondowoso Tingkatkan Adaptasi

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah, Desa Ramban Kulon, Kecamatan Cerme, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, KH Abdul Qodir Syam. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Bondowoso, NU Online
Rencana pemerintah untuk menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan tatap muka di sekolah pada Januari tahun 2021, mendapat sambutan yang hangat dari  Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah, Desa Ramban Kulon, Kecamatan Cerme, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, KH Abdul Qodir Syam. Menurutnya, santri (murid) sudah lama ingin menjalankan aktivitasnya secara normal, namun terhalang oleh mewabahnya virus Corona.


“Setelah hampir setahun, murid belajar secara Daring, kini tentu rindu belajar seperti biasanya, normal,” ujarnya kepada NU Online di Bondowoso, Kamis (17/12).


Pondok Pesantren Darul Falah, selain melayani pengajian kitab dengan sistem klasikal bagi para  santrinya, juga mengelola pendidikan melalui lembaga formal yang dimilikinya, yaitu TK, MTs, SMK, dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Darul Falah.


Meskipun kegiatan pendidikan santri (non formal) Darul Falah telah berjalan sebagaimana biasa tapi tetap tidak mengabaikan protokol kesehatan. Bahkan pesantren yang berjarak 29, 7 kilometer dari alun-alun kota Bondowoso itu memasang maklumat di sejumlah titik di lingkungan pesantren, yang isinya antara lain adalah wali murid hanya boleh satu kali mengunjungi anaknya di pesantren, itupun hanya 10 menit.


“Lebih dari satu kali tidak bisa. Jika alasannya ingin bertemu lagi karena ingin ngirim (memberikan makanan/uang kepada anaknya), tetap tidak boleh ketemu. Makanannya bisa dititipkan kepada petugas yang telah disediakan. Izin keluar untuk pijat dan periksa kesehatan, juga dilarang,” jelas Kiai Qodir, sapaan akrabnya.


Menyambut penyelenggaraan KBM secara normal, ia mengaku tidak punya persiapan khusus. Sebab, sebagian murid memang santri, artinya sudah kembali ke pondok sejak lama, dan mengikuti pengajian sebagaimana biasa. Peraturan yang selama ini diterapkan untuk santri juga akan diberlakukan bagi murid (yang tidak mondok) nanti, misalnya wajib memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan air mengalir.


“Santri sudah biasa beradaptasi dengan protokol kesehatan, nanti  dalam pelaksanaan (KBM) tatap muka, saya kira tidak masalah, mungkin pola adaptasinya perlu ditingkatkan,” ungkapnya.


Namun di luar itu, lanjut Kiai Qodir, penerapan physical distancing saat belajar, agak menjadi masalah. Sebab, hal tersebut tentu membutuhkan ruangan kelas yang cukup banyak untuk mencapai ideal kaitannya dengan protokol kesehatan, khusunya physical distancing.


“Jalan keluarnya, mungkin jam masuknya diatur, gantianlah, walaupun itu juga berisiko bagi guru,” terangnya.


Ketua PCNU Bondowoso itu mengaku sempat waswas dengan rencana penyelenggaraan KBM tatap muka. Sebab, selama ini dengan penerapan protokol kesehatan yang cukup ketat, penyebaran virus Corona belum juga reda, bahkan sekarang semakin menjadi-jadi, apalagi dengan penerapan KBM tatap muka.


“Namun kita harus pasrah kepada Allah. Kewajiban kita adalah berusaha menghindari penularan Corona, dengan cara mematuhi protokol kesehatan. Allah yang menciptakan penyakit, dan Dia pula yang menghilangkannya,” urainya.


Dalam pandangan Kiai Qodir, pemerintah sudah cukup maksimal berupaya menghilangkan virus Corona, termasuk dengan menggratiskan vaksin. Masyarakat diharapkan bisa mengimbanginya dengan terus berikhtiar untuk turut menghambat penularan virus tersebut.


“Mudah-mudahan, pembukaan KBM dengan tatap muka, disusul dengan pemberian vaksin nanti, semoga hidup kita berangsur-angsur normal. Itu yang kita harapkan,” pungkasnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin