Daerah HARI SANTRI 2016

Semarak Hari Santri di Pati, dari Shalawat Nariyah hingga Pasar Murah

Kam, 20 Oktober 2016 | 19:00 WIB

Pati, NU Online
Samarak peringatan Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober hadir di berbagai daerah, tak terkecuali di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Untuk hal ini, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) setempat menyelenggarakan serangkaian acara, di antaranya bincang publik di radio Pas FM Pati.

Acara-acara lainnya adalah jalan santai, donor darah, dan pasar murah yang digelar Jumat (21/10) pagi di lapangan Kecamatan Margoyoso, Pati dan di Gedung Madrasah Salafiyah Kajen. Dilanjutkan dengan acara pembacaan shalawat nariyah di seluruh masjid, mushalla, pondok pesantren, dan lembaga pendidikan pada hari yang sama, pukul 19.00 WIB.

Jumat malam itu juga digelar "Kajen Bershalawat" di Desa Kajen, Margoyoso, Pati. Lalu, kirab dan apel Hari Santri Nasional mulai dari kantor PCNU Pati sampai alun-alun Pati pada 22 Oktober 2016, pukul 13.00 WIB. Pengajian akbar pada Ahad (23/10), pukul 13.00 WIB di Pendopo Kabupaten Pati juga melengkapi acara tahunan ini dengan menghadirkan Ketua PWNU Jateng, KH Abu Hafsin.

Rais Syuriyah PCNU Pati KH M Aniq Muhammadun mengatakan, seluruh kegiatan hari santri ini bertujuan positif untuk mewujudkan akhlakul karimah. Sedangkan Ketua Tanfidziyah PCNU Pati KH Ali Munfaat menekankan supaya pelaksanaan kegiatan hari santri ini mampu mendorong elemen bangsa lain untuk bersatu padu melakukan segala hal demi kemajuan bangsa dan negara tercinta Indonesia.

Menurut Ketua Panitia Hari Santri Nasional PCNU Pati, Jamal Ma'mur, berbagai kegiatan ini menunjukkan kecintaan kaum santri kepada bangsa dan negara. Mereka, katanya, ingin meneruskan perjuangan para pendahulu, khususnya Hadlratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy'ari yang mengeluarkan Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober 1945 untuk mempertahankan kemerdekaan yang ingin direbut kembali oleh Belanda.

“Dengan Resolusi Jihad Kiai Hasyim, umat Islam, khususnya kaum santri, terbakar semangatnya untuk mengangkat senjata melawan kolonial Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia,” ujarnya.

Dalam hati kaum santri, lanjut pria yang akrab disapa Kang Jamal ini, terpatri 'hubbul wathan minal iman' atau cinta tanah air termasuk tanda iman. Maka, segala daya dan upaya akan dikerahkan untuk menunjukkan jiwa patriotisme dan nasionalisme. Tidak mungkin santri merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan pemikiran dan langkah yang destruktif, seperti yang dilakukan oleh kelompok radikal yang melakukan aksi-aksi teror atas nama agama. “Santri, seperti Hadlratussyekh KH. M. Hasyim Asy'ari mampu memaknai doktrin agama secara kontekstual sehingga Islam hadir sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam,” paparnya.

Khusus di Pati ini, figur santri yang pernah menjadi Rais Aam PBNU, KH MA Sahal Mahfudh, patut menjadi contoh. Dengan fiqih sosialnya, kata Kang Jamal, Kiai Sahal memberdayakan masyarakat yang tidak mampu agar mandiri dan mampu mengarungi kehidupan dengan bahagia.

“Mereka diberikan pelatihan kewirausahaan, pendampingan, modal, dan monitoring secara intensif sehingga program yang direncanakan dapat berjalan dengan sukses,” katanya.

Oleh sebab itu, lanjut Kang Jamal, santri-santri di Kabupaten Pati harus meneladani perjuangan Kiai Sahal dan para pendahulu yang lain dengan aktif berkarya baik dalam bentuk pemikiran atau dalam bentuk pemberdayaan masyarakat sebagai bukti kecintaan yang tinggi kepada bangsa dan negara. (Red: Mahbib)