Daerah

Studi Hadis Berjalan Ditempat?

NU Online  ·  Rabu, 8 April 2015 | 05:38 WIB

Yogyakarta, NU Online
Amin al-Khulli pernah mengatakan, studi hadis berjalan di tempat. Studi hadis dalam konteks saat ini harus bisa menjawab permasalahan kontemporer.
<>
Demikian disampaikan Ketua Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IAT) UIN Suna Kalijaga Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, MA dalam sambutan Seminar Internasioal  tentang Studi hadis dengan tema “Multi-Perspective Contemporary Approaches on Hadith” di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga, Senin (06/4).

“Seminar ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang beragam terkait hadis. Karena tidak sedikit tindakan radikal dan anarkhis keagamaan berasal dari memahami hadis yang keliru,” tegas Sahiron yang juga menjabat sebagai Wakil Rais Syuriyah PWNU DIY.

Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS-MoRA) merupakan komunitas para santri yang menerima beasiswa santri dari Kementrian Agama di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Di UIN Sunan Kalijaga sendiri terdapat 300 santri, baik yang sudah selesai maupun yang masih studi di UIN Sunan Kalijaga

“Sekarang jumlah santri yang menerima beasiswa PBSB di Jurusan IAT sekitar 300 santri. Bulan September, Insyaallah akan dibuka Jurusan Ilmu Hadis. Beasiswa santri ini akan terus diselenggarakan agar para santri mendapatkan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi, khususnya di Jurusan IAT, “ ujar Alumnus Pesantren Al-Munawwir Krapyak tersebut.

Seminar yang diselenggarakan kerjasama antara Jurusan IAT dengan CSS-MoRA ini menghadirkan tiga ahli hadis, yaitu Prof. Dr. H. Sayyid Agiel Husein Munawwar, MA, Prof. Dr. Suryadi, M.Ag dan Dr. Ebrahimian, dengan dimoderatori oleh Saifudin Zuhri Qudsy, MA. (Suhendra/Mukafi Niam)