Daerah

Teknologi Tak Bisa Gantikan Peran Guru

Sen, 25 November 2019 | 16:10 WIB

Teknologi Tak Bisa Gantikan Peran Guru

Ilustrasi: Reactor.co.id

Bandung, NU Online 
Guru Bahasa Arab di Madrasah Aliyah Nurul Huda Itoh Masitoh kerap menganjurkan peserta didiknya untuk memanfaatkan teknologi dalam menunjang kegiatan belajar. Misalnya dengan menggunakan kamus bahasa Arab daring. 

“Kalian harus bisa mempergunakan teknologi,” ungkap anggota Persatuan Guru Nahdlatul Ulama di Kabupaten Bandung ini, menirukan anjurannya kepada peserta didiknya, “Kalau ada tugas, untuk mencari arti kata, gunakan kamus yang ada di hp kalian,” lanjut guru yang akrab disapa Imas ini di kantor madrasah tersebut, Senin (25/11). 

Meski demikian, guru di madrasah yang terletak di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, ini tidak memungkiri sisi negatif dari teknologi bagi peserta didik yang tidak proporsional menggunakannya. 

“Banyak anak yang kurang fokus dalam belajar akibat malamnya begadang menghabiskan waktu dengan hp-nya,” kata lulusan Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Musyri Cianjur ini. 

Senada dengan Imas, Ketua Pimpinan Wilayah Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Provinsi Jawa Barat H Saepuloh berpendapat, guru dan peserta didik harus arif dalam menggunakan teknologi.

“Teknologi bagi kita hanya sebagai media atau alat bantu bagi guru dalam proses pembelajaran,” katanya di Bandung, Jawa Barat, Senin (25/11) malam. 

Saepuloh mengingatkan, bagi Pergunu, teknologi tak bisa menggantikan peran guru sebab teknologi tidak bisa memberikan pendidikan karakter. Tugasnya seorang guru itu bukan hanya transfer ilmu, tetapi bagaimana guru bisa membentuk karakter peserta didik. Teknologi, ini hanya bisa menggantikan guru dalam hal transfer ilmu.

“Contoh, sekarang peserta didik sudah banyak menjadikan Google sebagai rujukan, tetapi sampai saat ini, belum ada teknologi yang dapat membentuk karakter peserta didik. Pendidikan karakter hanya bisa dilakukan dengan tatap muka peserta didik dengan guru dan mejadikan guru sebagai suri teladan,” pungkasnya. 

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Alhafiz Kurniawan