Daerah

Tiga Trik Peroleh Ilmu Manfaat Menurut Kiai Idris Marzuki

Sel, 30 Juli 2019 | 01:00 WIB

Tiga Trik Peroleh Ilmu Manfaat Menurut Kiai Idris Marzuki

Pengajian Slasaan bersama ratusan santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar Jawa Barat, Senin  (29/7) malam. 

Kota Banjar, NU Online
Dalam menghadapi perkembangan zaman, para penuntut ilmu sebaiknya memerhatikan syarat mencari ilmu. Syarat mencari ilmu seperti yang tercantum dalam kitab Ta’limul Muta’alim di antaranya cerdas akalnya, cinta ilmunya, banyak sabarnya, ada bekalnya, taat gurunya, dan lama masanya. 
 
Selain syarat mencari ilmu di atas, Gus Muhamad Nailul Azmi mengungkapkan tiga trik agar ilmu bermanfaat. Tiga trik tersebut merupakan pesan yang ia ingat dari Kiai Idris Marzuqi, guru ngajinya ketika mondok di Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Tengah.
 
Tiga trik tersebut adalah, tidak memakan makanan haram, mencari ridha guru, dan istiqomah. 
 
"Memakan makanan haram merupakan penyebab ilmu tidak berkah,” ungkapnya dalam pengajian Slasaan bersama ratusan santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar Jawa Barat, Senin  (29/7) malam. 
 
Di depan ratusan santri yang juga mahasiwa Ekonomi Syariah itu mengingatkan santri untuk tidak memakan barang haram. Baik haram dari segi cara mendapatkannya maupun haram dari segi barangnya. "Barang haram dari segi cara mendapatkannya contohnya seperti santri tidak boleh memakan makanan temannya tanpa izin. Apalagi sampai mencuri, sangat tidak boleh," ungkapnya. 
 
Sedangkan barang haram dari segi barangnya seperti memakan daging babi, daging anjing atau meminum alkohol, narkoba atau barang lainnya yang dapat merusak otak jiwa dan raga. 
 
Gus Azmi, sapaan akrabnya melanjutkan ceramahnya bahwa yang kedua adalah mencari ridha guru. Jangan sampai santri tidak menyenangkan hati gurunya, apalagi sampai membuat marah dan membuat guru mendoakan tidak baik.
 
Trik yang ketiga yaitu istiqomah. "Istiqomah atau mempeng merupakan hal yang sulit. Meski sulit harus bisa melakukannya agar ilmunya bermanfaat,” ungkapnya.  
 
Menurut Gus Azmi, pengajian Slasaan ini merupakan budaya atau kebiasaan sejak Mbah Kiai Abdurrahim, pendiri pondok pesantren ini. Selain itu di pondok pesantren lain pada malam Selasa ada yang meliburkan ngaji bandungan sorogan yang dan diganti dengan ngaji nguping saja. (Siti Aisyah/Kendi Setiawan)