Jember, NU Online
Penyakit TB (Tubercolosis) cukup menyakitkan. Bukan semata-ama karena sakit, tapi juga karena si penderita seolah-olah dikucilkan lantaran TB merupakaan jenis penyakit epidemik. Orang lain pun, terutama keluarga si penderita juga merasa risau karena mau tidak mau harus menjaga jarak dengan penderita, atau bersiap-siap ketularan.
Fenomena inilah yang memunculkan ide tim SMA Nurul Islam (Nuris), Antirogo, Jember untuk melakukan penelitian yang akhirnya dituangkan dalam sebuah karya ilmiah berjudul “HTI (House of TB Infection) Berbasis GIS (Geographyc Information System) Sebagai Upaya Menurunkan Pravalensi Kasus TB di Indonesia”.
Karya tulis ini meraih juara 2 dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional “PRISMA” 2016 di Universitas Brawijaya, Malang, belum lama ini.
Menurut salah seorang anggota tim SMA Nuris, Ahsan Ahfano, intinya karya tulis itu memproyeksikan apa yang disebut Rumah Sehat Berbasis GIS. Ini merupakan inovasi dalam proses penyembuhan TB dengan beberapa program layanan penyembuhan. GIS adalah system informasi yang digunakan untuk mengolah, menganalisis, dan menghasilkan data secara geografis atau geoparsial.
Rumah sehat berbasis GIS berfungsi sebagai pendeteksi (penemuan dini) penyakit TB yang masih tersebar dan belum mendapatkan penanganan. Selain itu dapat dijadikan sebagai pusat data dan informasi TB via online.
“Ide aplikasi ini masih dalam proses perencanaan. Jadi, kami butuh dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah untuk terlaksananya apilkasi ini,” ujarnya kepada NU Online di sela-sela kegiatan ektrakurikuler di SMA Nuris, Ahad (9/10).
Dengan kecanggihan Rumah Sehat berbasis GIS ini, lanjut Ahsan, para penderita TB akan cepat terdeteksi, ditampung dalam Rumah Sehat, dan diatasi dengan cepat. Dus, penularan TB akan berkurang karena para penderitanya tidak berkomunikasi langsung dengan masyarakat dan akan mendapatkan pengobatan yang efektif.
“Dengan demikian, keberadaan Rumah Sehat ini dapat mengurangi kekhawatiran masyarakat terhadap penularan TB,” lanjutnya.
Ahsan Ahfano bersama anggota tim lainnya, Siti Devia, dan Dinda Dwi Putri mengaku cukup bangga dapat merengkuh juara karena dapat “mengalahkan” lebih dari 200 peserta dari seluruh Indonesia. Ketiganya adalah murid kelas 11 IPA SMA Nuris Jember.
Lomba yang bertajuk “Mewujudkan Kemandirian Bangsa untuk Mendukung SDGs 2030” tersebut digelar oleh Pusat Riset dan Kajian Ilmiah Mahasiswa, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. “Alhamdulillah, kita bisa. Semoga ini bermanfaat untuk kesehatan masyarakat,” tutur Siti Devia.
Kebanggan serupa juga diungkapkan kepala SMA Nuris Jember, Robith Qashidi. Menurutnya, sesungguhnya, Islam, pesantren, dan kesehatan merupakan hal yang saling berkaitan. Islam memiliki andil yang cukup besar di bidang kesehatan, karena banyak ulama, kiai atau ilmuan Islam yang berjasa dalam bidang kesehatan. Seperti Abu bakar Muhammad bin Zakariya ar-Razi, yang menemukan teori anatomi yakni mengobati pasien berdasarkan dengan makanan yang dikonsumsi pasien.
“Ahsan Ahfano, Siti Devia dan Dinda Dwi Putri itu adalah santri di Nuris. Kedepan, saya berharap pesantren juga dapat berkontribusi dalam memecahkan masalah kesehatan di masyarakat,” jelasnya (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)