Daerah

Total Mengajar Madin, Syuriyah NU Sukoharjo Berhenti Sebagai Dosen

NU Online  ·  Jumat, 2 Mei 2014 | 10:30 WIB

Sukoharjo, NU Online
Bagi banyak orang, dosen merupakan status bergengsi. Karena, dosen merupakan pendidik profesional yang mengantarkan seseorang menjadi sarjana. Namun Kiai Ismail Thoyib memiliki pandangan berbeda. Ia menyatakan mundur dari profesi dosennya dan lebih memilih mengajar di madrasah diniyah.
<>
Kiai Ismail mengatakan, awalnya madrasah diniyah Istiqomah ini dirintis orang tuanya. Sepeninggal orang tuanya, madrasah diserahkan kepada dirinya. Muridnya waktu itu berjumlah sekitar 150 anak. Namun karena kesibukan dirinya yang juga mengajar di Universitas Nahdalatul Ulama (UNU) Surakarta, akhirnya muridnya berangsur kurang menjadi 20 anak.

“Dari situ saya memutuskan untuk berhenti dari kedinasan sebagai dosen,” ujar Kiai Ismail pengasuh madin dan pesantren Istiqomah yang saat ini juga tercatat sebagai Syuriah PCNU Sukoharjo kepada NU Online, Kamis, (1/5).

Jika anak-anak sampai tidak bisa mengaji dan yang semula sudah mengaji tetapi berhenti karena tidak mendapat perhatian, maka saya telah berdosa, tambah Kiai Ismail.

Selain berhenti menjadi dosen, ia juga ternyata menanggalkan keinginannya untuk menerima beasiswa S2 di Australia saat itu. “Sekitar tahuan 90-an saya mendapat beasiswa S2 ke Australia, namun keinginan itu harus saya urungkan karena orang tua menghendaki saya tetap mengawal di madin,” papar Syuriyah NU Sukoharjo.

Hingga kini ia tidak beraktifitas secara formal di luar. Ia masih berkutat mengajar alif, ba, ta, tsa serta aktif sebagai pengurus NU. Kendati demikian, ia menyatakan tidak pernah kekurangan. “Bahkan madin saat ini sudah berkembang menjadi pesantren serta sekolah formal,” pungkas Kiai Ismail. (Ahmad Rosidi/Alhafiz K)