Daerah

Untuk Nikah, Hanya Butuh Kata Nekat dan Bismillah

NU Online  ·  Ahad, 22 Mei 2016 | 20:32 WIB

Pati, NU Online
Buku berjudul Stop Pacaran Ayo Nikah! karya Hamidulloh Ibda dibedah di Dialoegue Cafe Pati, Jalan P Sudirman Kabupaten Pati, Sabtu (21/5) sore. Menurut penulis buku ini, modal utama yang harus dimiliki pemuda saat mau menikah adalah nekat.

Penulis asal Desa Dukuhseti Kabupaten Pati menjelaskan bahwa menikah sebenarnya tidak perlu modal berbelit-belit, mewah, bahkan merelakan segala harta benda untuk kepentingan tasyakuran semata yang output-nya kadang hanya euforia dan gengsi.

"Salah satu karakter manusia Jawa itu nekat. Kalau umur sudah cukup, tapi belum nikah yanekat saja. Modal nikah cuma dua, yaitu nekat dan bismillah," ungkap Hamidulloh Ibda di kafe yang berdampingan dengan Taman Kota Pati.

Tampak hadir dalam bedah buku ini beberapa aktivis mahasiswa seperti aktivis NU, PMII, Ansor, HMI, GMNI, dan pelajar SMA dari Pati. Sementara hadirin lainnya berjumlah puluhan mahasiswa dari STAI Pati dan STAIN Kudus serta tamu undangan dari berbagai kalangan.

Selama ini banyak pemuda mengurungkan niat nikah hanya karena modal materi. Tidak sedikit pasangan yang mau menikah, namun dengan alasan belum dewasa, matang dan belum memiliki modal materi kuat mengurungkan diri untuk menikah lama dan tetap berpacaran.

"Kalau modal materi sebenarnya penting tidak penting. Yang penting itu niat kuat. Kalau ada uang pun tapi tak punya niat, sama saja," ungkap alumnus MA Madarijul Huda Kembang, Dukuhseti, Pati tersebut.

Modal nikah itu cukup nekat dan bismillah. "Nikah itu murah secara agama, namun secara budaya kayak resepsi, lamaran, tunangan, itu yang mahal. Namun pada prinsipnya itu tidak wajib, yang penting nikah secara agama terlaksana jika memang tidak kuat menggelar resepsi," kata Hamidulloh.

Dosen STAI Pati Fatimah Az-zahra yang hadir sebagai salah seorang narasumber diskusi mengatakan, buku ini sangat memotivasi para pelajar dan mahasiswa. Sebab, saat ini degradasi moral pelajar terutama seks bebas sangat merajalela.

Menurut mahasiswi STAIN Kudus Munawaroh, pacaran di kalangan pemuda Islam sudah membudaya. "Ini memang fenomena modern, namun buku ini mampu memprovokasi, memotivasi pemuda untuk berhenti pacaran jika tidak kuat menahan nafsu. Penulis buku ini juga memberi solusi kalau tidak kuat menahan nafsu, jangan pacaran. Hentikan, lalu menikahlah," kata Munawaroh. (Red Alhafiz K)