Daerah

Wali Humor Asal Pesantren Bahrul Ulum Jombang

Sel, 30 Juli 2019 | 01:15 WIB

Wali Humor Asal Pesantren Bahrul Ulum Jombang

Katib 'Aam PBNU, KH Yahya Chollil Tsaquf

Jombang, NU Online
Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf bahwa Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur dulu ada wali humor. Namanya Mbah Aman atau KH Amanullah Abdurrohim. Saat ini, putra Mbah Aman KH Wafiyul Ahdi menjadi Ketua Yayasan Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas.
 
Diceritakan, Mbah Aman adalah teman Gus Dur sewaktu nyantri di Pesantren Tegalrejo Magelang di bawah asuhan KH Chudlori. Di Pesantren Tegalrejo saat itu banyak santri yang suka tirakatan dan shalat malam di dekat mihrab masjid pesantren. Mihrab adalah ruangan kecil di masjid yang digunakan untuk imam shalat. 
 
Pada suatu hari, entah mendapat ide dari mana, tokoh yang saat itu akrab disapa Gus Aman punya kepikiran ide usil. Saat ia melihat teman satu pondoknya berangkat wiridan di masjid ia menyusul di belakang. 
 
Tapi bukan ke masjid tujuannya. Sambil berjalan pelan-pelan Gus Aman pun berjalan menuju belakang masjid dan naik ke tumpukan kayu untuk mengintip si santri dari lubang ventilasi mihrab.
 
"Kiai Aman ini wali humor, sangat akrab dengan Gus Dur," katanya saat mengisi Al-Haflatul Kubro di Pesantren Bahrul Ulum, Jombang, Ahad (28/7).
 
Dikatakan Kiai Yahya, lewat lubang tersebut Mbah Aman melihat seorang santri duduk khusyuk memulai membaca wiridan-nya sambil santri tersebut menggoyang-goyangkan kepala ke kanan ke kiri. Melihat tingkah temannya yang sedang fokus, tiba-tiba Mbah Aman menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan suara dalam. 
Dengan suara yang agak bergetar dan diberat-beratkan, Mbah Aman pun berkata "hajat mu opo, Le?" (Kamu minta apa, Cucuku?) 
 
Di dalam masjid, suara itu ternyata menggema. Tentu saja teman santrinya yang sedang wiridan terkejut bukan kepalang mendengar suara tersebut. Santri tersebut menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara. Namun ia tidak  menemukan siapa-siapa di dalam masjid. 
 
Setelah itu, seakan yakin suara tersebut memang suara gaib. Santri ini berpikir bahwa apa yang didengarkan adalah hatif dari Allah dan ia telah futuh sehingga mengungkapkan seluruh hajatnya dan bermunajat sampai subuh. Si santri itu pun langsung menangis sejadi-jadinya sambil mulutnya komat kamit. Merasa mendapatkan keistimewaan. "Ya Allah saya mohon ilmu yang manfaat, akal yang jernih, rezeki yang banyak dan derajat yang tinggi."
 
Dari balik tembok masjid, Mbah Aman menahan tertawa cekikikan melihat teman santrinya sedang doa khusyuk seakan berhadapan langsung dengan Sang Pencipta Alam. Tangis haru dan takut bercampur jadi satu.
 
Pagi harinya, santri-santri Tegalrejo sarapan bersama karena sarapannya disediakan oleh pondok. Ketika sedang antri sarapan, santri yang tadi malam munajat di dekat mihrab, dibisiki lagi oleh Mbah Aman dengan suara yang sama.
 
"Khajatmu opo Le?". santri itu menoleh, dan ketika mendapati Mbah Aman yang berkata seperti itu, Mbah Aman langsung dikejar. Karena baru sadar kalau dia telah dikerjani oleh temannya sendiri," bebernya.
 
Selain cerita tentang wali humor, H Yahya Cholil Staquf yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu menjelaskan bahwa di dunia ini ada banyak jenis waliyulah. Salah satunya yaitu wali dalam bidang pendidikan. 
 
Selama ini wali itu dianggap seorang yang sakti dan bisa mengobati, padahal tidak. 
Salah satu wali tersebut adalah KH Abdul Fattah Hasyim dari Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. 

Kiai Fattah merupakan menantu dari KH Bisri Syansuri. Kewalian Kiai Fattah menurut Gus Yahya terlihat saat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mondok di rumah Kiai Fattah. Ibu kandung Gus Dur yang bernama Siti Sholehah merupakan saudara kandung dari istri Kiai Fattah, Nyai Musyarofah. 
 
Saat usia Gus Dur mulai beranjak remaja, ia dititipkan oleh ayahnya KH Abdul Wahid Hasyim ke Kiai Fattah di Tambakberas untuk belajar ilmu agama. "Kiai Fattah itu orangnya sangat ikhlas dan sabar dalam mendidik para santrinya. Salah satu santrinya yaitu Gus Dur," katanya. (Syarif Abdurrahman/Muiz)