Daerah

Wali Songo Sebar Santri untuk Kejayaan Negeri

Ahad, 25 Desember 2016 | 12:02 WIB

Demak, NU Online
Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah KH Ubaidillah Shodaqoh mengatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia diperoleh dari perjuangan melawan penjajah tidak lepas dari peran serta para ulama dan santrinya. 

Hal tersebut, menurut dia, telah dimulai sejak zaman kerajaan Bintoro Demak dengan raja Sultan Fattah didampingi “majelis syuriyah” Wali Songo. 

Para wali, menurutnya, dalam hal menjaga stabilitas kerajaan melakukan penyebaran para santri atau pengikutnya ke pelosok nusantara. Hal tersebut dilakukan sebagai komitmen dalam membela keutuhan wilayah agar bisa tetap bertahan dan sebagai negara yang kuat dan jaya.

“Indonesia akan bisa bertahan dan benar-benar akan jadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang utuh dengan adanya santri yang menyebar diseluruh Indonesia,” tegasnya pada Lailatul Ijtimak yang dirangkai dengan istighotsah kebangsaan, Maulidurrasul Muhammad SAW dan haul Gus Dur ke 7 di gedung PCNU Demak, Jl. Sultan Fattah no.611 Bintoro, Jumat malam (23/12).

Menurut dia, sebagai salah satu pendiri negara ini, NU tidak perlu diragukan dalam hal komitmen kebangsaan, keberagaman atau kebinnekaan. Hal ini dibuktikan dalam perjalanan sejarah para santri dan ulama.

Ia mencontohkan, mulai tahun 1916 KH Wahab Chasbullah menciptakan lagu Ya ahlal waton. Lagu itu berisi penyemangat para para pemuda untuk memerdekakan diri dari penjajahan. Para santri pula yang gugur di pertempuran Surabaya yang dimulai dengan Resolusi Jihad NU.

“Diakui atau tidak ulama adalah pendiri bangsa, ini dibuktikan dengan perjuangan para santri dan ulamanya. Pesantren terlibat sebagai markas, persembunyian dan perlindungan para tentara dan pasukan Hizbullah.”

Lebih lanjut, ia menyinggung situasi saat ini yang kerap tersebarnya berita hoax. Menanggapi kasus tersebut, ia berharap warga NU waspada dan bersikap arif dalam menyikapi berbagai hal yang negatif berkaitan dengan radikalisme maupun isu kenegaraan, termasuk berita yang beredar di media sosial.

“Harus arif dalam berbagai persoalan, termasuk yang beredar di sosmed. Harus tabayyun pada kiai dan koordinasi dengan aparat pemerintah,” pintanya.

Kegiatan tersebut dihadiri pengurus NU dari Cabang sampai MWC. Juga pengurus banom dan lembaga. Dihadiri pula Ketua MUI Demak KH Moh Asyiq, Musytasar NU diantaranya KH Hanif Muslih, KH Yasin Mashadi, KH Zainal Arifin Maksum,  Bupati Demak yang diwakili kabag kesra H Anang Badrul Kamal, Ketua DPR H Nurul Muttaqin, Kapolres Demak AKBP Soni Irawan SIK, serta pengasuh dan pengurus pesantren sekitar Demak. (A Shiddiq Sugiarto/Abdullah Alawi)