Daerah

Ziarah ke Makam Penyebar NU di Lombok

Ahad, 4 September 2022 | 10:00 WIB

Ziarah ke Makam Penyebar NU di Lombok

Tuan Guru Haji (TGH) Moch Shaleh Hambali atau Tuan Guru Bengkel. (Foto: istimewa)

Lombok Barat, NU Online 

Butuh waktu dua jam di angkasa dari Jakarta untuk sampai di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid Praya, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).


Memasuki wilayah udara Lombok, awan-awan cerah akan tampak sangat indah. Pun saat pendaratan, penumpang akan disambut dengan keindahan pantai plus hijaunya perbukitan.


Lombok menjadi pilihan favorit destinasi wisata. Bukan hanya bagi wisatawan lokal, tetapi juga internasional. Apalagi setelah penyelenggaraan Motor GP di Sirkuit Mandalika terbilang sukses. Semakin banyak pilihan yang dapat dikunjungi selain pendakian di Gunung Rinjani dan berbagai pantai.


Sebagaimana julukannya, Pulau Seribu Masjid, Lombok tentu menyimpan destinasi-destinasi religi, di antaranya adalah Makam Tuan Guru Haji (TGH) Moch Shaleh Hambali atau Tuan Guru Bengkel.


Makam Tuan Guru Bengkel terletak di Masjid Shaleh Hambali, Desa Bengkel, Kecamatan Batuapi, Kabupaten Lombok Barat. Lokasinya berjarak sekitar 27 km dari Bandara Internasional Praya.


Untuk sampai di makam tersebut, kita dapat menggunakan pilihan angkutan publik yang tersedia di bandara. Sebab, angkutan daring tidak diperkenankan mengangkut penumpang dari dalam area bandara. Sementara biaya perjalanan ini sekitar Rp150 ribu sampai Rp200 ribu.


Adapun perjalanan dari bandara menuju makam Pendiri Pondok Pesantren Darul Qur'an Bengkel itu ditempuh dalam waktu sekitar 30 sampai 40 menit.


Profil TGH Shaleh Hambali

TGH Shaleh Hambali merupakan Rais Syuriyah pertama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Nusa Tenggara Barat. Sosok ulama kharismatik di zamannya ini lahir pada 7 Ramadhan 1313 H atau bertepatan dengan 21 Februari 1896 M di Desa Bengkel, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat. 


Penyebaran NU di Lombok tidak lain atas peran serta tangan dinginnya. Hal ini diawali dengan sowannya Ketua Umum PBNU di zaman itu, yakni KH Idham Chalid bersama KH Saifuddin Zuhri selaku Sekretaris Jenderal. Ia mengumpulkan sejumlah massa dan Kiai Idham menyampaikan pidato kepada mereka. Hal ini berlanjut ke berbagai pelosok NTB sampai kemudian NU berkembang di pulau ini.


TGH Shaleh Hambali juga banyak menulis dan menerjemahkan kitab. Ada belasan karyanya yang terpublikasi, mulai dari kitab fiqih, akhlak, mantiq (logika), tafsir, hingga soal ramuan dan manajemen usaha. Hal tersebut menunjukkan sosoknya sebagai ulama yang multidisiplin (mutafannin).


Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan