Diktis

Sikap Multikultural Siswa MTs Nurul Ihsan Cibinong Bogor

Ahad, 30 Juni 2019 | 05:30 WIB

Sikap Multikultural Siswa MTs Nurul Ihsan Cibinong Bogor

Siswa MTs Nurul Ihsan Cibinong dalam suatu kegiatan (foto: http://mts.nurulikhsan.sch.id)

Implementasi Sikap Multikultural pada Siswa Madrasah Tsnawiah; Studi Kasus Madrasah Tsanawiah Nurul Ihsan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, merupakan salah satu hasil penelitian tahun yang dilakukan berkat dukungan bantuan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI tahun anggaran 2018.
 
Edy dari STIT Sirojul Falah Bogor, Jawa Barat, dalam penelitian tersebut mengungkapkan multikultural berasal dari kata multi (plural) dan kultural (tentang budaya). Multikulturalisme mengisyaratkan pengakuan terhadap realitas keragaman kultural, yang berarti mencakup baik keberagaman tradisional seperti keberagaman suku, ras, ataupun agama, maupun keberagaman bentuk-bentuk kehidupan (subkultur) yang terus bermunculan di setiap tahap sejarah kehidupan masyarakat.
 
Multikulturalisme merupakan pandangan dunia di mana dalam implementasinya diterjemahkan dalam berbagai budaya. Paham multikulturalisme dalam bidang pendidikan menjadi lebih berkembang dengan semakin menguatnya nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM) di mana setiap kelompok budaya memiliki perlindungan dalam mengembangkan kebudayaan sendiri, menguatnya globalisasi yang menjadikan dunia seperti global village, dengan semakin cepatnya arus informasi dan kebudayaan, melahirkan open market (pasar terbuka) bahkan 'menghilangkan' batas-batas negara, dan sistem demokratisasi yang membuat masyarakat menjadi terbuka dan mampu mengenal budaya-budaya yang berada di luar dirinya semakin menguatkan nilai-nilai multikultuaralisme.
 
Walaupun Hak Asasi Manusia (HAM), globalisasi dan demokratisasi masih dalam proses dialog dengan budaya-budaya, namun pada kenyataannya multikulturalisme merupakan turunan dari nilai-nilai tersebut yang bagi sebagian orang dianggap penting dikembangkan  sementara sebagian lagi perlu di interpretasi ulang. 
 
 
Dari beberapa definisi di atas, pendidikan multikultural dapat diterjemahkan sebagai usaha sadar dan terencana yang dilaksanakan sedemikian rupa agar peserta didik memahami bahwa keragaman budaya merupakan karunia Tuhan yang perlu disukuri dan tidak dipertentangkan.
 
Penelitian ini berusaha mengungkapkan sikap multikultural peserta didik di madrasah, khususnya di MTs Nurul Ihsan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ada delapan nilai multikultural yang diteliti. Kedelapan nilai tersebut adalah nilai menghargai perbedaan dengan deskripsi nilai menghargai keberagaman suku, bahasa, warna kulit, budaya dan agama; bersikap positif terhadap perbedaan pendapat; memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika orang lain mengemukakan gagasan.
 
Kedua, kebersamaan dengan deskripsi nilai dengan berupaya untuk sumbang saran dalam musyawarah. Sanggup memberi bantuan material/nonmaterial dalam kegiatan yang positif. Berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan dan Menghindarkan diri dari bersikap khianat dalam pergaulan hidup sehari-hari. Ketiga, tenggang rasa dengan deskripsi nilai menghargai dan menjaga perasan orang lain; tidak mengganggu dan menyinggung perasaan orang lain; dapat mengendalikan diri dalam kehidupan seharihari; tidak merendahkan orang lain; menerima orang lain apa adanya dalam pergaulan sehari-hari.
 
Keempat, toleransi  dengan deskripsi nilai menghormati keyakinan/agama yang dianut oleh orang lain; tidak mengganggu ibadah penganut agama lain; tidak memaksakan keyakinan/agama kepada orang lain yang berbeda.  Kelima, kasih sayang dengan deskripsi nilai suka menolong; mengayomi dan mengasuh orang yang lebih muda; menyayangi orang lain seperti menyayangi diri sendiri; menghindari rasa benci dan iri hati dalam pergaulan sehari- hari.
 
Keenam, tolong-menolong dengan deskripsi nilai suka memberikan bantuan kepada setiap orang yang membutuhkan, menghindarkan diri dari sifat kikir dan bakhil; sanggup berbagi dengan sesama di kala suka maupun duka. Ketujuh, rela berkorban dengan deskripsi nilai bersikap ikhlas dan atas kehendak diri sendiri mendahulukan kepentingan orang lain; memberikan perhatian kepada kepentingan umum; menunjukkan sikap kesetiaan serta rela berkorban untuk bangsa dan negara; menghindari sikap egois, apatis dan masa bodoh.
 
Kedelapan, empati dengan deskripsi nilai turut berduka atas musibah yang menimpa orang lain; mampu merasakan kesulitan dan penderitaan yang dialami orang lain; tidak bersikap masa bodoh terhadap musibah yang menimpa teman maupun orang lain.
 
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap multikultural siswa madrasah, mengetahui apakah ada perbedaan antara sikap multikultural siswa dan siswi di madrasah. Sementara masalah penelitian ini adalah bagaimana implementasi sikap multikultural pada siswa madrasah tsanawiyah?; adakah perbedaan sikap multikultural antara siswa dan siswi di madrasah?
 
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan quesioner dengan skala likert. Hal-hal yang diperlukan dalam skala likert adalah penentuan nilai skor, skor ideal, rating skor, dan persentasi nilai dari nilai yang diinginkan.
 
Penentuan nilai skor dilakukan dengan nilai-nilai: 5 untuk jawaban sangat setuju (SS), nilai 4 untuk jawaban setuju (S), nilai 3 untuk Ragu (RG), nilai 2 untuk  tidak setuju (TS), dan nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Skor ideal merupakan nilai skor maksimal dari setiap jawaban yang dihitung dikali banyak jawaban, Rating Skor merupakan criteria rentang  dari nilai jawaban, persentasi merupakan jumlah nilai per item dibagi dengan skor maksimal dikali dengan seratus.
 
Penulis: Kendi Setiawan
Editor: Kendi Setiawan