Opini

Latihan, Seni, dan Kaligrafi

Kam, 31 Oktober 2019 | 11:45 WIB

Latihan, Seni, dan Kaligrafi

Ilustrasi: Didin Sirojuddin AR

Oleh Didin Sirojuddin AR Lemka

أيامجوِدَ الخطِ عليك بكثرةِ التدريبِ

Artinya, "Wahai orang yang ingin mempercantik kaligrafi, hendaknya engkau banyak latihan!"

Motto di atas menggambarkan betapa untuk mencapai kesempurnaan kaligrafi diperlukan perjuangan yang gigih. Perjuangan tersebut bernama latihan (تدريب/tadrib). "Banyak latihan" adalah satu-satunya syarat menuju "sukses menulis." Instrumen lain hanyalah syarat-syarat  tambahannya.

Mengapa demikian? Karena kaligrafi yang dijuluki Art of Islamic Art, menurut analis kaligrafi Marouf Zoreiq, adalah ilmu (الخط علم), kaligrafi adalah seni (الخط فن), dan kaligrafi adalah filsafat (الخط فلسفة). Menyatukan kaligrafi ke dalam triple atribut tersebut harus dengan usaha aktif-kreatif. Kaligrafi bukanlah skill biasa, tetapi juga "seni perjuangan" yang diterobos dari segala pintu, yaitu: pintu ilmu (dengan metode, teknik atau teorinya), pintu seni (dengan pertimbangan artistiknya), dan pintu filsafat (dengan pemikiran kreatifnya).

Selain tadrib yang berarti latihan atau gemblengan, dikenal pula istilah masyaq (مشق) yang berarti coret-coretan karena latihan kaligrafi harus dengan banyak membuat  coret-coretan. Masyaq berhubungan dengan kata masyaqqah (مشقة) yang berarti "kesulitan" (difficulty) karena "kaligrafi itu sulit" (الخط أمر صعب). Maka, harus "ditaklukkan dengan banyak latihan" (yang berarti banyak bersulit-sulit, berpayah-payah, banyak merasakan pedihnya kesulitan).Sesulit latihan tentara di medan tempur. Atau seperti Kawah Candradimuka tempat Gatotkaca digembleng jadi manusia "balung wesi urat waja" yang sakti mandraguna bisa terbang segala.

Di atas latihan-latihan sulit dan meletihkan itulah tonggak kaligrafi bisa ditegakkan dengan kukuh, seperti kata Imam Ali:

إن قوام الخط فى كثرة المشق

Artinya, "Sesungguhnya tonggak profesionalitas kaligrafi adalah dengan banyak latihan."

Lantas, berapa banyak waktu yang diperlukan untuk latihan? Berlatih sama dengan menghapal pelajaran. Berarti,  frekuensi keduanya  sama. Imam Syafi'i mengulang pelajaran sampai 40 kali. Bahkan  menambahkan waktu belajar dengan sahiral layal ( سهرالليال) atau bangun malam:

بقدرالكد تكتسب المعالى
 
 #

ومن طلب العلى سهرالليالى

Artinya, "Sebanyak kerja keras yang dilakukan, sebatas  itu pula kedudukan tinggi diraih // Barang siapa menginginkan kedudukan tinggi, hendaknya bangun di malam hari."

Imam Al-Jarnuzi dalam Kitab Ta'limul Muta'allim memerinci alokasi waktu belajar dalam fasal Metode Menghapal: "Ulangi pelajaran yang kemarin 5 x, hari sebelum kemarin 4 x, hari sebelumnya  lagi 3 x, hari sebelumnya lagi 2 x, dan hari sebelumnya 1 x." Wah, dahsyat!

Metode ngulang pelajaran begini seperti cara Nabi SAW menyampaikan wahyu-wahyu yang baru diterimanya. Apabila ada yang minta ayat-ayat baru, Nabi tidak langsung memberikannya sampai orang itu menghafalkan dulu  ayat-ayat yang telah diberikan sebelumnya di hadapan beliau. Apabila terbukti hafal, barulah Nabi berikan ayat-ayat  yang baru. Subhanallah, ini metode ngajar yang sistematis dengan hasil yang maksimalis.

Seperti itu pula cara latihan kaligrafi: 40 balik, 30 balik, 25 balik. Naja Al-Mahdawi dari Tunisia beruji coba menulis sebuah huruf selama 16 jam setiap hari. Guru kaligrafi Mesir Fauzi Salim Afifi bahkan mengultimatum: "apabila ingin jadi kaligrafer profesional, maka latihannya harus setiap waktu."

Pada saat sedang tidak menulis dengan kalam atau kuas pun, dia harus berpikir seolah-olah sedang latihan menulis dengan menggerak-gerakkan telunjuknya di atas paha atau sajadahnya: "menulis huruf." Matanya pun harus ikut latihan menulis. Lha, caranya? Dinding rumah, lemari atau pintu kamarnya ditempeli lukisan huruf-huruf yang sedang  diperdalamnya. Nah, sambil lewat, matanya dipelototkan ke tempelan-tempelan huruf itu.

Tapi, yang jelas, maksud dari semua itu adalah "terus-menerusnya berlatih setiap waktu, tanpa henti".  Nabi juga memuji amalan yang ditekuni terus-menerus sebagai amalan paling baik:

خيرالأعمال أدومها

Artinya, "Amalan paling baik adalah yang dikerjakan  kontinyus."

Waduh beraaaaat, beraaat. Tapi kita harus terlatih mikul benda berat, biar yang berat lama-lama menjadi terasa enteng atau ringan. Yang lebih penting lagi: "jangan istirahat belajar!"

داوم على الدرس لا تفارقه

#

العلم بالدرس قام وارتفع

Artinya, "Teruuuuuslah belajar, jangan tinggalkan pelajaran. Sebab dengan dipelajari, ilmu akan meningkat dan berkembang.”
 

Penulis adalah pendiri Lembaga Kaligrafi (Lemka). Ia pengajar pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah.